Senin, 31 Desember 2007

Penghujung 2007: Duta Wisata Bontang 2007/2008




Sudah dua pekan atau setengah bulan, tepatnya 15 hari, saya nggak sempat lagi buka-buka dan menulis di blog sederhana ini. Banyak sekali kegiatan yang harus saya ikuti dan selesaikan di penghujung 2007 ini. Mulai dari menuntaskan tugas-tugas di tempat kerja, ngemce, jadi juri, ngasih materi (karya tulis ilmiah buat guru-guru SD, materi public speaking buat duwis), menyelesaikan beberapa karya tulis yang akhirnya keteteran karena ngggak fokus, dan lain-lain.

Akan tetapi, yang paling menyita waktu dan pikiran adalah beban tugas saya sebagai ketua panitia Pemilihan Duta Wisata Bontang 2007/2008 yang diselenggarakan Bidang Pariwisata, Seni, dan Budaya (Parsenibud) Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Bontang bekerjasama dengan Adwindo (Asosiasiasi Duta Wisata Indonesia) Kota Bontang dan G-Entertainment yang keduanya saya ketuai, juga didukung Kaltim Post dan beberapa sponsor lainnya.

Even ini untuk kali ketiga saya gawangi bersama tim, yaitu tahun 2005, 2006, 2007. Sebenarnya embrionya sudah tahun 2001 saat kegiatan ini masih dibawah naungan Dinas Perhubungan dan Telekomunikasi. Terus nggak jalan. Sampai kemudian ada Bidang Parsenibud. Sekadar informasi, di Bontang belum berdiri Dinas Pariwisata. Jadi, sekarang masih menginduk kepada Disdik.

Semestinya pelaksanaannya bukan bulan Desember. Oleh karena ada revisi anggaran jadi mundur. Padahal, dua tahun berturut-turut pada bulan Agustus. Akan tetapi, dengan segala upaya bersama teman-teman muda dan yang berjiwa muda, alhamdulillah, meski berat, kelar juga.

Rangkaian kegiatan antara lain road show ke sekolah-sekolah untuk rekrut calon peserta sekaligus kampanye tentang remaja dan narkoba agar mereka terhindar dari perilaku seks bebas dan penggunaan obat-obatan terlarang. Selain itu, antispasi globar warming juga menjadi materi kampanye. Yang menyampaikan adalah para duta tahun 2005 dan 2006 yang memang selama setahun juga banyak terlibat dalam kegiatan serupa, baik yang digagas sendiri maupun yang bekerjasama dengan instansi maupun perusahaan. Berikutnya adalah seleksi awal menjaring 20 finalis (10 putra dan 10 putri) dari 130 peserta yang ikut. Sebenarnya, yang mendaftar lebih dari 150 peserta, tetapi karena jadwal tes pada hari efektif, sebagian peserta yang sedang ujian atau bekerja terpaksa mengundurkan diri.

Tes awal meliputi pengetahuan tentang budaya Bontang, wawasan kaltim dan umum, bahasa Inggris, catwalk, dan interview dengan dua psikolog yang kami siapakan. seetelah didapatkan 20 finalis, mereka dikarantina selama tiga hari di Hotel Bintang Sintuk untuk mendapatkan pembekalan. Materinya antara lain, wawasan tentang Parsenibud, tari daerah, public speaking, beauty class, teknik foto dan pemotretan, table manner, catwalk, bahasa Inggris, teknik pengembangan diri, dan lain-lain. Semua disampaikan oleh pemateri yang kompeten di bidangnya. Pada saat karantina, 80% penjurian dilakukan kepada mereka, menyangkut penampilan/beauty, kemampuan, kepribadian, komitmen, dan unjuk bakat. Sebagai gongnya adalah grandfinal yang diselenggarakan Minggu, 23 Desember 2007.

Tentang nama, yaitu Duta Wisata, sebenarnya ingin nama yang lebih umum, seperti Abang-None Jakarta, Cak-Ning Surabaya, Kakang-Mbakyu Malang, dan lain-lain. Akan tetapi, karena Bontang termasuk heterogen, agak susah mencari nama yang dapat mewakili semua elemen masyarakat. Hal serupa juga terjadi di beberapa daerah di Indonesia, yaitu tetap memakai nama Duta Wisata. Di Kaltim, misalnya, hal serupa juga terjadi di Balikpapan, Tenggarong, dan lain-lain. Tugas Duta Wisata sendiri tidak hanya pada bidang pariwisata, tetapi juga kegiatan seremonial pemerintah, kegiatan remaja, sosial, dan lain-lain. Pasca pemilihan, mereka akan terlibat dalam kegiatan sekaligus mendapat pembinaan selama setahun. Tentang hal lainnya, beberapa berita yang dimuat di Kaltim Post akan saya masukkan dalam blog ini.

Semoga tahun ini Duwis semakin maju kegiatannya sekaligus berhasil menjadi juara provinsi seperti tahun 2005, yaitu pada Pemilihan Duta Wisata Provinsi yang disebut Putra-Putri Mahakam. Amin!

Abdul Hakim, S.Pd., Bontang Kaltim 2008

Minggu, 16 Desember 2007

Me & Family


Kebahagiaan adalah ketika hati menyatu tanpa tabir pembatas. Saat senyum mengembang ikhlas.

Sial...

Mungkin banyak di antara kita yang sering mengalami peristiwa yang tidak mengenakkan. Dalam beberapa hari ini saya mengalami beberapa kejadian yang 'merugikan'. Mula-mula saya biasa saja karena pada dasarnya jika terjadi sesuatu, saya cenderung berkata,"Ya sudah, toh itu bukan yang kuinginkan. Allah yang berkehendak!" Akan tetapi, setelah beberapa peristiwa terjadi beruntun, akhirnya saya tidak bisa mengelak kalau sebenanrnya saya merasa berat dan sedih. Mengapa hal itu terjadi? Adakah sekadar cobaab biasa ataukah karena sebuah keteledoran, ketidakhati-hatian, atau yang lainnya?

Aku berkesimpulan, langkah segera adalah refleksi diri. Mencoba menyelam pada kedalaman hati. Mencoba melihat segala sesuatu dengan lebih berarti. Memotret kembali gambar diri dengan berbagai gaya atau pose yang mampu mengungkap tabir diri. Sisi gelap yang tak coba segera disinari.

Gusti..semoga tak kasat mata ini. Semoga tak buta hati kecil ini. Semoga tak tuli telinga ini agar hamba tetap menjadi pribadi yang berarti, buat diri dan keluarga. Amin!

Ya Allah, kuak horison pekat yang melekat. Bantu hamba buka horison-horison baru yang indah, yang hakiki agar tipu dunia tak memperdayai. Amin!

Ya Gusti.., maafkan hamba rapuh ini. Ini bukan 'sial', tapi ia adalah pengingat dan pelecut diri!

Senin, 10 Desember 2007

Antara Hakim, 10 Desember, dan Peringatan HAM Internasional


Putaran hidup selalu berubah. Kadang tak sadarkan langkah bahwa usia semakin bertambah. Tiga puluh lima tahun silam, tangis kecilku memekik. Memberi tebar senyum bahagia karena hadirku sempurna di dunia.

Ibu...., Bapak..., kini ku tak lagi di rengkuhmu. Mengurai rezeki nun jauh dari pandangmu. Mencipta berlaksa rindu, menyesak kalbu. Tak jarang gerimis ini menjadi deras.




Kini, Si Doel kecilmu, Khakim panggil kerabatku, Hakim panggil teman-temanku, telah 35. Hari ini, 10 Desember 2007, tepat pada Peringatan Hari HAM Internasional, kuingin senandungkan kasih terdalam, puja dan puji, berderet doa-doa hanya untukmu, untukmu, selamanya. Semoga Si Doel Gembok kecilmu yang dulu diliputi berbagi ingin ini tetap tumbuh bijak seperti harapmu. Amin! Semoga pula Allah SWT senantiasa lindungimu.

Kini, ku melangkah dengan kuat-kuat diapit dua kekasihku, istriku tercinta Lilyn Indriyawati dan anandaku tersayang Muhammad Renfro alias Efro-ku yang lucu. Semoga bahagiaku, bahagia kami, bahagia kita semua. Amin!

Sabtu, 08 Desember 2007

DISORIENTASI LIRIK LAGU-LAGU INDONESIA(Bagian 1)


Abdul Hakim

Akhir-akhir ini perkembangan musik Indonesia semakin maju, baik yang solo, duet, terlebih anak band. Lagu-lagu yang dinyanyikan pun beragam, mulai dari lagu daerah, dangdut (baik yang orisinil, terlebih yang jenis baru--disco, remix, koplo, dll.), pop, pop rock, pop alternatif, slow rock, sampai yang ngerock abis. Selain itu, musik religi juga sangat marak dan ternyata meledak di pasaran. Sebut saja album-album Haddad Alwi, Sulis, Ungu, Gigi, sampai kepada sukses besar yang diraih Opick dari beberapa albumnya. Khusus untuk jenis musik ini, eksistensinya sudah disandingkan secara sejajar dengan jenis musik pop-rock lainnya. Pada acara chart di beberapa televisi, semisal MTV Ampuh, lagu-lagu Opick maupun Ungu yang kental islaminya, baik pada irama maupun liriknya, wara-wiri berminggu-minggu di ajang tersebut. Bahkan, kesuksesan Opick dalam beberapa albumnya maupun Ungu dalam album Surgamu, tingkat penjualannya dapat mengalahkan album jenis lain pada masanya.

Lagu-lagu dangdut juga semakin hari semakin akrab di telinga masyarakat Indonesi, tanpa memandang kelas sosial, menerobos ruang dan waktu. Lihatlah, siapa yang tidak mengetahui, mengenali, bahkan bisa menyendungkan beberapa lagu dangdut, seperti Bang Toyyib, SMS, Kucing Garong, dan lain-lain. Sayangnya, perkembangan musik dangdut tidak diiringi perbaikan di sisi-sisi lainnya oleh dangduters, terutama penulis lirik dan penampilan penyanyinya. Secara umum, liriknya bekisar masalah rumah tangga, percintaan, dan sejenisnya. Tak ayal, muncul kemudian lagu-lagu dengan judul yang bagaimana ya... (sebenarnya mau bilang rada aneh, kadang rada seronok, rada...? Meski, tidak semua lo! Banyak juga yang bagus dan saya termasuk menyukainya. Misalnya, lagu-lagunya Rhoma Irama, Ikke Nurjannah, Erie Susan, dll.).


Beberapa judul lagu dangdut yang saya maksud di antaranya (saya hanya tahu sedikit, sebenarnya jumlahnya banyak sekali), misalnya Jandaku, ada yang miris juga, kalau tidak salah Seranjang Dua Cinta (hi..., semoga saya salah sebut). Ya, tahunya cuma segitu. Tapi, kalau sesekali Anda mendengarkan, pasti bisa membuat kesimpulan sendiri. Selain itu, cara berdandan dan tampil di panggung juga menjadi masalah, baik itu mennyangkut tata rias (make up), busana yang cenderung compang-camping, maupun performance (goyangan seronok, kerdipan nakal, desahan aneh, dll). Akibatnya, kita sebagi penonton atau penikmat musik menjadi risih dan tidak nyaman saat menontonnya. Lihatlah, bagaimana cara Trio Macan berdandan dan menggeber badannya untuk digoyang. Lihat pula, bagaimana Dewi Persik menyodokkan pantat ke depan dan belakang, ke kiri dan kanan, kadang dengan jongkok dan .... (nggak bisa komenlah!), atau goyangan aneh yang dilakukan oleh Annisa Bahar. Untuk sekarang, hampir setiap hari, selain di TPI atau Indosiar, JTV juga punya andil besar untuk mempopulerkan goyangan-goyangan tak patut tersebut. Tapi, ya sudahlah, kalau mereka tidak mau berpikir positif tentang penampilannya, yakinlah usia mereka hanya seumur jagung. Tidak seabadi Elvy Sukaesih, Rita Sugiarto, Ikke Nurjannah, Rhoma Irama, dan lain-lainnya.

****

Secara khusus, tulisan ini akan menyoroti kecenderungan beberapa pencipta dan penyanyi popo atau pop rock dalam membawakan lagu-lagu dengan lirik-lirik yang sebelumnya tidak populer atau tidak umum karena masuk dalam wilayah ketidakpatutan. Tetapi, ketika diangkat menjadi tema sebuah lagu, hal-hal yang semula dianggap tertutup malah menjadi sesuatu yang populer dan familiar. Pada era 90-an jumlahnya relatif masih sedikit, tetapi pada era 2000-an ini, genre lagu seperti ini menjamur dan sukses di pasaran. Anak-anak kecil sampai kakek-nenek mengetahui, bahkan tidak sedikit dari mereka yang mampu menghafalnya.

Lagu-lagu dengan tipe seperti ini terasa mudah diingat, disenandungkan, bahklan tidak menutup kemungkinan apa yang menjadi isi lagu itu menjadi inspirasi bagi penikmatnya untuk melakukan hal serupa, paling sederhana masyarakat kemudian menjadi maklum dan menjadi biasa terhadap perilaku-perilaku yang sebenarnya menyimpang, tetapi sudah terlanjur menjadi sesuatu yang familiar. Tak heran jika kemudian kita mendengar ucapan-ucapan seperti ini, "Biarpun kamu sudah punya pacar, aku tetap mencintaimu. Aku ikhlas, Jadikan Aku yang Kedua", "Maukah engkau menjadi Sephia-ku?", "Meskipun engkau Kekasih Gelapku, cintaku padamu begitu mendalam", "Memang kita tidak mungkin bersatu untuk menjadi sepasang kekasih, tapi biarkanlah kita menjadi Teman Tapi Mesra", dan ungkapan-ungkapan lainnya yang serupa. Kalau diamati, bukankah dalam setiap bagian kaliimat tersebut adalah judul-judul lagu yang sangat populer di negeri ini? Lagu Jadikan Aku yang Kedua dibawakan Astrid, Sephia (SO7), Kekasih Gelapku (Ungu), dan Teman Tapi Mesra (Ratu).

Sebagai bukti menjamur dan suksesnya lagu-lagu bertema seperti itu, berikut disajikan beberapa lirik dari beberapa lagu. Pada era 90-an pertengahan muncul Java Jive yang personelnya di antaranya Capung dan Fatur dengan hits Selingkuh. Tidak lama kemudian, pada 90-an akhir atau awal 2000 muncul Sheila On Seven (SO7) dengan salah satu hitsnya Sephia. Coba cermati dan simak lirik lagunya berikut.

Selingkuh
Java Jive

Suatu hari ...

Suatu hari ku berjumpa kekasih hatimu

Bercerita tentang indahnya kisah engkau berdua

Teringat kembali cinta, rahasia kita

Terkenang kembali rasa yang pernah ada

Apa kah kau ingat, cintaku di hatimu

Apa kah kau ingat, senyummu yang menggoda

Sesungguhnya aku tak mengerti mengapa ini terjadi

Mungkin sengaja kubiarkan dan jadi permainan

Salahkah diriku cinta diantara dusta

Mungkinkah terjadi rasa yang tulus sejati

Apa kah kau ingat, cintaku di hatimu

Apa kah kau ingat, senyummu yang menggoda

Apa kah kau ingat, cintaku di hatimu

Apa kah kau ingat, senyummu yang menggoda

Diriku terbuai mimpi bidak bidak cinta

Dirimu terlena hasrat akhir permainan

Apakah kau ingat, cintaku di hatimu

Apakah kau ingat, senyummu yang menggoda

Apakah kau ingat, cintaku di hatimu

Apakah kau ingat, senyummu yang menggoda

Sephia
Sheila On 7

Hey Sephia

Malam ini ku takkan datang

Mencoba berpaling sayang

Dari cintamu

Hey Sephia

Malam ini ku takkan pulang

Tak usah kau mencari aku

Demi cintamu

Hadapilah ini

Kisah kita takkan abadi

Selamat tidur kekasih gelapku

Oh... SephiaSemoga cepat kau lupakan aku

Kekasih sejati mu

Takkan pernah sanggup untuk melupakanmu

Selamat tidur kasih tak terungkap

Oh... Sephia

Semoga kau lupakan aku cepat

Kekasih sejati mu

Takkan pernah sanggup untuk meningggalkanmu

Hey Sephia

Jangan pernah panggil namaku

Bila kita bertemu lagi di lain hari

Hadapilah ini

Kisah kita takkan abadi

Itu baru dua contoh debut awal munculnya lagu dengan genre lirik berani. Saat ini, lirik-lirik yang lebih berani dan vulgar dengan mudah dapat kita nikmati. Misalnya, lagu Teman Tapi Mesra (Ratu), Biar Menjadi Kenangan (Reza & Masaki Ueda), Jadikan Aku Yang Kedua (Astrid), Kekasih Gelapku (Ungu), Selingkuh Sekali Saja (She), Tak Selamanya Selingkuh Itu Indah (Merpati Band), Jatuh Cinta Lagi (Playboy) (Matta) , Maafkan Aku Mencintai Kekasihmu (Rebecca), Dirimu Dirinya (Pinkan Mambo), Naluri Lelaki (Samsons), Kekasih Sahabatku (Audy), Lelaki Cadangan (T2), dan masih banyak lagi yang lain.

Lalu, apakah tema-tema seperti hal baru dalam kancah musik Indonesia? Apa yang membedakan? Apakah hal tersebut termasuk penyimpangan (disorientasi) halus? Bersambung ke bagian 2.






Jumat, 07 Desember 2007

HANYUT

Abdul Hakim

Sesaat menggeleparku terkesima
Telanjangi wajahmu yang innocent
Menggiringku ke labil jiwa
Berarak tak terkendali, meletup-letup
Mendobrak, terhenyak
Tatap dengan batin
Agar resonansinya getarkan nafas dan jiwamu
Yang tengah berceloteh riang tepat di depanku

Bontang, 8 Desember 2007

GLOBAL WARMING


Global warming atau pemanasan global menjadi isu hangat akhir-akhir ini. Bangsa-bangsa di dunia, termasuk Indonesia mulai gelisah, apalagi kerusakan alam Indonesia termasuk kategori parah. Konferensi PBB mengenai Pemanasan Global dan Perubahan Iklim (Global Warming and Climate Change) diadakan di Bali mulai 3-14 Desember 2007. Selain aspek lingkungan sebagai isu utama, konferensi ini mengemban misi edukasi, baik bagi pemerintah maupun masyarakat umum. Intinya, bagaimana aspek lingkungan menjadi pertimbangan penting dalam setiap pengembangan pembangunan.

Langkah-langkah konkret, konsisten, dan radikal untuk mengantisipasi global warming perlu segera dilakukan, kalau tidak, bersiap-siaplah kita menuai bencana. Mungkin memang bukan kita saat ini, tetapi bagaimana dengan anak-cucu di waktu mendatang?

Ayo kita pakai rumus Aa Gym, 3 M: mulai dari diri sendiri, mulai dari hal kecil, dan mulai sekarang juga. Tidak membuang sampah sembarangan, ayo menanam pohon dan tanaman hias lainnya, jangan merusak alam, jangan mendirikan bangunan pada daerah resapan air, kurangi pemakaian barang-barang yang merangsang pemanasan seperti membuang freon sembarangan, perbaiki sistim pembuangan gas atau asap pabrik, asap kendaraan, dan lain-lain. Ayo! Kapan lagi kalau tidak sekarang. Jangan menunggu bencana tiba.

Abdul Hakim

AA GYM, TAK HABIS KAGUMKU ATASMU

Oleh Abdul Hakim

Ketika kabar tentang Aa Gym berpoligami menjadi isu nasional dan kontroversi tentang hal itu tak berkesudahan, saya hanya membatin, mengapa orang-orang begitu sibuknya membahasnya tidak hanya dalam perbincangan nonformal, lebih dari itu, topik tentang Aa menghiasi layar infotainment, talkshow, diskusi, sampai pada gedung DPR yang dilakukan secara formal.

Kalau sekadar keterjetuan, kemudian menjadi perbincangan ringan, tentu menurut saya itu hal wajar, mengingat Aa Gym seorang publik figur. Akan tetapi, ketika sampai pada perdebatan yang cenderung memojokkan, mencemooh, melecehkan, dan sejenisnya, saya menjadi terheran-heran. Semua orang membuat justifikasi dengan caranya sendiri-sendiri, meski tak sedikit yang sangat subjektif. Saya jadi sangat gemas melihatnya. Suatu saat saya menonton talkshow di RCTI, ada beberapa narasumber, di antaranya adalah Sitoresmi Prabuningrat (pelaku poligami) dan Nursyahbani (aktivis perempuan). Perdebatan yang tidak fair menurut saya, apalagi sebagai presenter, Putra Nababan juga kurang begitu bisa menguasai. Kubu Nursyahbani yang anti poligami, pasti dengan cara apapun tidak akan menyetujui poligami. Yang menjengkelkan, Nursyahbani dkk. tidak sekadar berargumentasi, tetapi cara mereka menyampaikan argumentasinya begitu sinis dan seolah-olah merekalah yang paling benar. Sitoresmi sudah menjelaskan bagiamana dia menjalani dengan ikhlas rumah tangganya dengan status poligami, tentu dengan segla pernak-perniknya. Ketika Nursyahbani dkk. tetap ngotot bahwa poligami tidak mungkin membahagiakan, tidak mungkin bisa adil, dan lain-lain, Sitoresmi yang tutur katanya lembut itu hanya bilang, kurang lebi begini, "Bagaimana Anda bisa berkata begitu, bukankah saya yang menjalani?......" Benar juga, bagaimana mereka bisa menghakimi, padahal mereka tidak bisa memukul rata bahwa selamanya poligami tidak membahagiakan, dan lain-lain.

Mungkin mereka berpikir bahwa pernikahan monogami selalu ideal, sebaliknya poligami selalu sesak dengan problem. Nyatanya tidak begitu! Banyak yang bisa menjalaninya dengan baik. Meskipun kalau kita timbang-timbang dengan logika, maka akan terbesit, "Mana mungkin? Mana mungkin?..." Padahal, yang menurut kita tidak mungkin seringkali adalah sesuatu yang tidak kita ketahui atau kita coba sebelumnya. Meski saya tidak menyarankan haryus mencoba berpoligami untuk mengetahuinya. banyak contoh yang bisa kita jadikan referensi.

Dalam kasus Aa Gym misalnya, saya sangat khusnudhon (berprasangka baik) dia mampu. Dengan bekal ilmunya, istiqomahnya, hartanya, saya yakin dia bisa, dia berusaha dengan sungguh-sungguh. Lalu, apa masalahnya? Mengapa orang-orang dan aktivis wanita seperti mereka tidak lebih mengutamakan mengangkat harkat wanita Indonesia yang begitu banyak melakukan tindak penyimpangan. Prostitusi, perselingkuhan, hiburan-hiburan nakal dan negatif, begitu sangat menjamur. Lalu, apa yang sudah Anda lakukan untuk meminimalkan, mengatasi, membantu mengangkat kembali mereka.... Yang seperti itu lebih urgent untuk diselesaikan. malah, ada orang berniat baik diperdebatkan, yang jelas-jelas menyimpang, melenggang aman, bebas problem!

Saya, sampai hari ini, belum pernah berencana berpoligami. Bahkan, terlintas di pikiran saja belum pernah. Dan, semoga saya tetap tidak berencana dan melakukan hal itu. Sebab, saya bisa mengukur kadar iman dan keistiqomahan saya, tentu juga masalah ketersediaan materi. Akan tetapi, saya bukan sosok yang antipati tehadap poligami, tentu dengan catatan-catatan tertentu. Sebab, nyatanya tidak semua orang dapat menjalaninya, meski ia mau melakukannya. Tapi, antipati dan suudhon (berprasangka buru) secara buta juga bukan tindakan bijak.

***

Sebenarnya saya sudah pernah menulis artikel tentang ini sewaktu berita tentang Aa begitu menyita perhatian media. Tapi, belum sempat mengetik, masih dalam bentuk tulisan tangan. sedang, tulisan di atas, tiba-tiba saja mengalir setelah saya menonton tayangan Kick Andy di Metro TV pada Kamis, 06 Desember 2007 , Kamis pukul 22.05 WIB. Siaran ulangnya tayang setiap Minggu pukul 15.05 WIB .

Meski di tempat kami, WITA, acara baru tayang pada 23.05, tapi saya setia menunggu. saya sudah akan penampilan Aa. Alhamdulilah, dia sehat dan tetap dengan pribadi yang tenang, tidak meledak-ledak. Selama acara, saya trenyuh, merinding, gerimis hati saya, terhadap semua kisah yang disampaikan. Berbagai pertanyaan Andy dijawab dengan begitu jelas, dengan logika yang pas, dan dengan perumpamaan dan analogi-analogi yang sangat baik. tampak sekali dia sangat cerdas dan rendah hati. Penonton di studio juga dibuat terkesima. Tak sedikit dari mereka yang meneteskan air mata. Luar biasa!

Berikut rilis berita dari tayangan tersebut yang saya download dari www.kickandy.com. Sebeuah acara yang menurut saya sangat berkualitas dan syarat pelajaran dan pengetahuan yang dapat membuka cakrawala wawasan penonton. Salut buat Andy.

Aa Gym Menjawab.
Ini penampilan pertama Abdulah Gymnastiar atau akrab dipanggil Aa Gym di sebuah talk show. Tidak mudah meyakinkan dai yang dikenal dengan lagunya 'Jagalah Hati' ini untuk tampil di Kick Andy. Pasalnya, selama ini dia merasa didzolimi oleh pers setelah berpoligami.
Melalui berbagai pertimbangan, akhirnya Abdullah Gymnastiar menyatakan bersedia. Semua pertanyaan yang diajukan Andy Noya dijawabnya dengan terbuka. Mulai dari alasan mengapa sampai dia tega menyakiti hati istri dan keluarga dengan kawin lagi, bagaimana perasaannya 'ditinggal' oleh para pengagumnya, sampai isu bisnisnya hancur setelah berpoligami.

''Ini cobaan yang berat dalam hidup saya. Tapi dalam perjalanan waktu ke depan saya yakin ada hikmah yang dapat dipetik,'' ujarnya.

Dengan suara bergetar Aa Gym mengungkap perasaan yang harus dipendamnya selama beberapa tahun terakhir ini. Pria yang bertutur lembut ini mengaku beberapa tahun terakhir hidupnya tidak bahagia. Dia merasa kehidupannya bagaikan sebuah mesin yang sedang berjalan dan tidak bisa dihentikan. ''Saya begitu sibuk. Dari satu acara ke acara lain. Dari satu daerah ke daerah lain. Bahkan untuk mengejar waktu, saya sering naik helikopter atau pesawat khusus. Saya tidak punya waktu lagi untuk urusan pribadi,'' ungkap ayah tujuh anak ini.

Bahkan untuk bertemu dengan kedua orangtua yang dia cintai pun tidak pernah dapat terlaksana. ''Saya rindu dan ingin bertemu orangtua tapi jadwal begitu padat. Saya sudah menyadari ada yang salah dengan kondisi ini. Saya jadi jarang bertemu dengan istri dan anak-anak. Tapi saya tidak berdaya. Saya tidak bisa menghentikan mesin ini.''
Maka, ketika pria 45 tahun ini memutuskan untuk menikah lagi, dan akibat keputusannya itu dia ditinggalkan oleh sebagian besar 'umatnya', Aa Gym mengaku semua itu merupakan kehendak Allah untuk menghentikan mesin kehidupannya yang berputar telalu cepat.
''Ini cara Tuhan agar saya mempunyai waktu untuk lebih memperhatian keluarga. Ini cara yang halal, yang diijinkan oleh agama,'' ujarnya masih dengan suara bergetar.

Mengenai bisnisnya yang terganggu akibat banyak pengagumnya yang menarik diri setelah dia menikah lagi, Aa Gym juga mensyukuri dan mengambil hikmahnya. ''Sejak awal saya juga merasakan semua kegiatan bisnis yang bertumpu pada pengultusan individu tidak akan sehat dan tidak akan bertahan lama,'' ujarnya.

Dengan kondisi tersebut, secara alamiah bisnis yang dipimpinnya di, bawah payung Manajemen Qolbu Corporation, tersaring secara alamiah. ''Unit bisnis yang mengandalkan saya sebagai pribadi, terpaksa tutup. Tapi bisnis lain yang dikelola secara profesional, sampai sekarang tetap bertahan.''

Aa Gym tetap pada pendiriannya bahwa berpoligami adalah keputusan yang tidak menyalahi agama dan prinsip hidupnya. ''Kita bisa lihat di sekeling kita, masih ada yang memilih jalan yang dilarang agama. Apa yang saya lakukan tidak menyalahi agama.''

Pada bagian kisah tentang adiknya yang lumpuh dan kemudian meninggal, pria yang gemar berolahraga petualangan ini tidak kuasa membendung tangisnya. Kepada Andy Noya dan penonton di studio, Aa Gym mengakui adiknya yang cacat itu merupakan sumber inspirasinya dan menjadikan dirinya seperti sekarang ini.
Adiknya yang sudah lumpuh waktu itu tetap bertekad melanjutkan kuliah ke fakultas ekonomi Universitas Indonesia. Padahal untuk ke kuliah dan beraktivitas, Agung, sang adik, harus dibopong. Aa Gym sebagai kakak termasuk yang paling sering membopong adiknya ke tempat kuliah.
Suatu hari, Aa Gym tak kuasa untuk melemparkan pertanyaan kepada Agung. ''Dik, kata dokter sakitmu sudah parah sekali. Tapi adik kok tidak pernah mengeluh?'' Sang adik tersenyum lalu menjawab, ''Untuk apa mengeluh? Mengeluh akan membuat orang lain susah. Kalau orang-orang beramal untuk bekal di surga nanti, saya ingin agar kesabaran saya ini bisa menjadi bekal nanti.''
Mendengar jawaban itu Aa Gym tersadar. Betapa mulianya hati sang adik. Bahkan Agung pernah mengatakan apa pun yang dilakukan Aa Gym tidak akan sempurna jika tidak mengikuti jejak Nabi Muhammad. ''Itulah titik balik dalam kehidupan saya sehingga saya bisa seperti sekarang ini,'' ungkapnya.

Di Kick Andy pimpinan Pesantren Daarut Tauhid ini juga bercerita tentang kenapa dia kerap memakai sorban, bagaimana ketika di SD dia terpaksa jualan jambu milik tetangga, dan bagaimana saat mahasiswa dia harus mencari uang dengan menjadi supir angkot. Termasuk bagaimana dia menghidupi keluarga dengan jualan bakso. ''Subuh-subuh saya sudah ke pasar beli tulang sumsum untuk kuah bakso.'' Tapi mengapa sang istri waktu itu terganggu dengan profesi sang suami? ''Karena setiap hari jualan bakso, badan saya bau bakso semua. Istri gak tahan dan sering mau muntah,'' ujar Aa sembari tertawa.
Banyak kisah suka dan duka dalam perjalanan hidupnya yang dia ungkapkan di Kick Andy. Aa Gym juga menjawab semua tudingan terhadapnya. Sebuah wawancara tanpa batas dengan sang tokoh. Di ujung acara, Aa Gym dipertemukan dengan 'Aa Jimmy', yang selalu menirukan Aa Gym di News. Com. Apa yang terjadi? Marahkah Aa Gym?


Itulah sedikit ulasan beritanya. Jika Anda menonton sendiri acaranya, tentu Anda lebih bisa merasa dan mengerti. Oh ya, saya termasuk yang merasa miris akan kehadiran pelawak yang menamakan diri Aa Jimmy. Dia meniru-niru gaya Aa. Meski bebas, mestinya figur seperti dia jangan diplesetkan. terlebih, saat-saat pertama berita itu muncul, dia sering berlaku dalam acara di TV, baik di sinetron maupun lawakan, mengait-ngaitkan dengan poligami yang dilakukan oleh Aa Gym. Tetapi, luar biasa, meski banyak pengagum Aa yang komplain kepada Aa tentang hal itu, sewaktu Aa jimmy dihadirkan di stusio, Aa tidak serta-merta memberi komentar yang keras atas ketidaksetujuannya. Aa Gym hanya bilang dengan pelan, selagi untuk kebaikan, yaitu menyampaikan sesuatu yang bermanfaat silakan saja. Tetapi jangan pada konteks dan hal yang semakin membuat orang mempunyai kesimpulan yang tidak baik. Si Jimmy tampak tegang dan salah tingkah mendengarnya. Menurut saya juga, seharusnya Aa Jimmy tahu pada batas mana, pada konteks seperti apa, dia berlaku seperti itu. Saya lebih berbangga kalo Si Jimmy alias Argo melepas atribut ke-Aa Gym-annya, kemudian melawak dengan karakternya sendiri. Kurang etis saja!

Bontang, 8 Desember 2007

Minggu, 25 November 2007

Ke Samarinda Lagi...

Kalo ngomongin Samarinda seh jadi biasa karena saya dan keluarga sering mendatanginya.. Dua hari ini misalnya, Sabtu-Minggu, 24-25 November, aku bersama momi (ibunya anakku), dan anakku Efro, kembali merefresh diri dari rutinitas yang tak jarang menjenuhkan dan bikin stress. Ya, perjalanan standarlah, tapi seneng aja kalo bersama keluarga. Apalagi, kalo udah ndengerin celoteh anakku yang lucu, menggemaskan, walau tak jarang juga ngeselin, hehe...

Oh ya hobbi anakku seh macem-macem. Salah satu yang belum ditinggalin adalah bermain mobil Tamiya. Kmaren malem, dia beli satu di SCP (Ramayana), sampe di hotel dites pake baterai, eh ternyata nggak hidup. Kecian, dia kecewa. Trus, tadi siang, dia beli lagi di Lembuswana Mall (Matahari), barusan sampe rumah, jam tujuh malam, Tamiyanya dicoba, dan ternyata hidup. Aapa yang diucapkan anakku, "Ma, Ma,...syukur Ma, ternyata Tamiyanya jalan..!" ujarnya. "Bilang apa?" sambut momi. "Alhamdulillah..." jawab anakku.

Alhamdulillah, anakku belajar bersyukur dari hal-hal kecil seperti ini. Bikin hati seneng... Alhamdulillah!

Ke Bali Lagi....

Duh...ngomongin Bali emang nggak ada matinya. Keindahan Pantai Kuta yang tak pernah habis menyihirku, Tanjung Benoa yang menantangku, Danau Bedugul yang menenangkan, Tanah Lot yang rupawan, Pasar Seni Sukowati yang memang nyeni banget, dan daerah-daerah lain yang menjadi tempat wisata di Bali, begitu ngangeni. Rasanya selalu pengen dan pengen untuk datang dan datang lagi. Terutama tentang Pantai Kuta... Oh, my God! Setiap kutatap debur ombaknya, pasir lembutnya, batas pantai yang indah, terlebih tatkala kupijakkan jemari kaki di atasnya , lalu riak ombak menyentuh kaki, terasa ada yang menjalar indah... Dan, ketika tubuh ini telah mencebur dan berenang basah, terhempas ombak yang bergulung, oh...oh....oh.... rasanya jangan pernah usai berlibur di pulau dewa ini.

Salah satu ketakjuban saya yang tak kunjung reda adalah betapa masyarakat Hindu Bali begitu syahdu dengan ritual sakral yang tak lekang dengan gempuran budaya barat yang selalu datang bertubi-tubi. Setiap pagi, betap mereka khusuk beribadah mohon keselamatan dengan meletakkan rangkaian sesajen di pura atau tempat-tempat persembayangan yang ada di susut-sudut rumah atau bangunan lainnya. Aroma bunga dan dupa bercampur dengan buah atau makanan lainnya menjadi pemandangan wajib bagi kita. Di jalan, di hotel, atau di tempat-tempat lainnya.

Rasanya pesona Bali tak habis untuk diceriatakan, seperti aku yang tak juga puas mereguk keindahan dan eksotisnya kota yang begitu rajin menjaga pesona hijau bunga dan pepohonannya. Meski, telah berulang aku menjelajahinya.

Dua tahun lalu, tepatnya Agustus apa September 2005, terakhir aku kesana. alhamdulillah, November ini, tepatnya tanggal 15-19 yang lalu, aku berkesempatan datang lagi... Ye, bener-bener Happy Hollidays... Lepas lelah, resah, dan semua....

Selasa, 13 November 2007

TRULLY TRULLY


Tentang yang satu ini memang layak mendapat catatan tersendiri. Trully atau Ully adalah panggilan akrab dari salah satu personel 3 in 1, tim kami. Nama lengkapnya Trully Tisna Milasari. Dia paling muda, bahkan sangat muda dibanding usia saya. Saya tahu dia tahun 2000-an. Waktu itu dia masih berseragam putih abu-abu. Sementara aku sudah bekerja. Kabarnya, sewaktu SMA, dia salah satu siswa berpotensi di sekolahnya. Layak jika kemudian dia diterima di universitas ternama di Yogyakarta, yaitu Universitas Gadjah Mada. Dia mengambil jurusan Psikologi.
Oleh karena ketekunan dan kecerdasannya, Trully lulus dalam waktu yang relatif singkat. Sebelumnya, dia berencana melanjutkan S2 di kampus yang sama. Sudah tes malah. Akan tetapi, karena dia diterima bekerja, maka dia sementara waktu menunda dulu keinginannya. Akhirnya, si anak ingusan itu (hehe...maaf ya, Trul...! Padahal, aku belum pernah lihat ingusmu, hehe...) Terlebih setahun kemudian, dia menemukan soulmate-nya. Awal 2007 (bulan apa ya..?), dia melepas status lajangnya. Bahkan, kini kandungannya telah menginjak bulan ketujuh (udah lebih belum ya...?). Tar lagi mau melahirkan.
Mengapa hari ini saya baru bercerita? Karena hari ini adalah hari terakhir dia bersama kami di tempat kerja, hiks...hiks...

Saat kusambung tulisan ini, Trully sudah melahirkan, sudah sebulan lewat malah.

Putri imutnya cantik. Dasar si Ully rada hiperaktif juga, apalagi kalu sudah ketemu anak-anak muda, jadinya waktu kukabari akan ada seleksi duta wisata, dia langsung bertanya... "Sudah ada yang nggantiin aku ya? Aku masih bisa bergabung kan? Waduh, padahal, aku cuma ngabari aja. Soalnya aku tahu, tentu dia masih dalam tahap pemulihan. Trus, baby-nya tentu nggak bisa ditinggal. Setelah kupastikan dan kuyakinkan, eh..dia nekat juga, bergabung sama tim kami seperti tahun lalu.
Dia siapin ASIi di kulkas karena dia ikut seleksi awal, interview peserta. Terus mengisi teknik pengembangan diri pada saat karantina. Di tempat yang sama, di sesi yang berbeda, bersama sesama psikolog, yaitu Mbak Ima (Syarifah Muslimah), menjuri peserta juga. Terus, pada saat grandfinal, tentu dia juga nongkrong di barisan para juri, seharian. Dan, ternyata semua lancar-lancar aja. Emang jempolan anak satu ini, sudah terbiasa soalnya. Sip. Matur tangkyu banget untukmu! Senengnya lagi, mantan pacarnya selalu support dia. Matur tangkyu juga ya, Mas Andi yang mulai jenggotan (haha...biar menjiwai jadi babe!)
Oh ya, tentang Trully, kehadiran dia selama bekerja bersama kami dan bergabung dengan 3 in 1 (aku, pier, trully) benar-benar klop. Selain outbond, kegiatan refleksi, pelatihan, dia juga patner saya saat mengasuh acara Zona Bebi di Buana FM. Makanya, waktu dengar dia bakal cabut, jadi berasa sedih..Tapi, tetep saja sampai sekarang bisa bekerja sama. Meski tidak dalam kegiatan formal.
Sukses buatmu Trull...Ku yakin asa dan langkahmu masihlah panjang. Dan, suksesmu kan kan segera menjelang. Amin!


Abdul Hakim, 2 Januari 2008

Jumat, 09 November 2007

CINTA TAK BERSYARAT



Abdul Hakim





Ketika diberi, harusnya kita mensyukuri
Ketika memberi, mestinya tak ada harap tuk kembali
Ketika ada yang pergi, ikhlaskanlah hati
Ketika hati bersih, niscaya Allah mencintai




Foto: Daku dan anandaku tersyang

Rabu, 24 Oktober 2007

Antara The Cure, Brad Renfro, & Muhammad Renfro



The Cure is a 1995 film starring Brad Renfro and Joseph Mazzello about two boys searching for the cure of AIDS, from which one of them is suffering. It was produced by Eric Eisner and Mark Burg, who has since gained fame as the producer behind the "Saw" films.

In the story, Erik (Brad Renfro), an adolescent loner with a distant mother, moves into a new area where his next-door neighbours include eleven-year-old Dexter (Joseph Mazzello), who contracted AIDS through a blood transfusion. Despite their differences, the two become good friends as Erik seeks a family in Dexter and his genial mother. But when the boys read about a doctor in distant New Orleans who claims to have found a cure for AIDS, they set out on their own down the Mississippi River in the hope of saving Dexter's life.

The Cure adalah salah satu film favorit dari sekian banyak film yang pernah saya tonton. Pertama sekali, film tersebut saya tonton di Gadjah Mada Plasa di Kota Malang pada tahun 1995. Saat itu saya masih kuliah, kira-kira semester empat atau lima. Waduh, waktu itu saya sedang maniak sekali nonton film. Salah satu temen nonton adalah sahabatku, namanya Amir, biasa dan lebih akrab dipanggil Semir, asli Sumbawa-NTB.

Nonton yang kedua, pada tahun 2000-an awal gitu kayaknya. Saya lupa. Film tersebut ditayangkan di RCTI. Sayangnya, saya hanya nonton sepenggal, pas tidak tahu jadwal tayangnya. Padahal, sudah lama ditunggu-tunggu. Terus sampai sekarang tidak pernah menontonnya lagi. Sudah coba mencari-cari, tapi belum ketemu VCD atau DVD-nya. Ada yang bisa bantu? Please...........!

Mengapa film itu menarik buat saya? Sebenarnya, saya lebih suka nonton film-film bergenre drama romantis atau film-film bersetting klasik, kayak Irlandia tempo dulu gitu. Akan tetapi, The Cure yang saya tonton tanpa direncanakan telah memberikan wacana lain yang berbeda dengan film-film sebelumnya. Mengapa? Karena The Cure adalah film dengan pemeran anak-anak, yaitu Brad Renfro dan lain-lain. Sekarang mereka sudah besar dan tumbuh menjadi artis remaja. Beberapa film yang dibintangi Brad salah satunya pernah saya tonton. Sudah beda, kurang imut dibanding dulu. Ya, iyalah...!

Film ini berkisah tentang hidup bertetangga. Di antara deret rumah, terdapat dua rumah bersebelahan dengan keadaan yang sama. Seorang ibu (single parent), masing-masing dengan seorang putra usia puluhan tahun. Rumah mereka dibatasi pagar terbuat dari kayu dengan tinggi dua kali tinggi anak-anak tersebut sehingga keduanya tak dapat bermain bersama. Tragisnya lagi, kondisi tak bersahabat memang sengaja diciptakan oleh ibunda Erik (Brad Renfro) agar tak bergaul dengan Dexter (Joseph Mazzello). hal itu terjadi karena ibu Erik mengetahui kalau Dexter mengidap AIDS.

Akan tetapi, saat kedua orang tua mereka bekerja, Erik sering mengintip rumah Dexter dengan cara memanjat pagar. Dilihatnya Dexter sedang bermain sendiri. Oleh karena sama-sama kesepian, akhirnya mereka berteman, bermain bersama tanpa sepengetahuan orang tua (terutama orang tua Erik), bahkan mereka berdua kemudian bersahabat.

Suatu ketika ibu Erik mengetahui perilaku anaknya. Erik dimarahi habis-habisan. Bahkan suatu ketika, tamparan mendarat di pipinya. Di sisi lain, ibu Dexter sangat merasa bahagia atas persahabtan mereka berdua. Erik diperlakukan seperti anaknya sendiri. Erik seolah mendapat ketenangan dan kedamaian baru. Kasih sayang yang diberikan ibu Dexter jarang diberikan ibunya yang super sibuk dan lumayan keras dalam mendidik.

Dengan agak-agak sedikit lupa, begini ceritanya.

Suatu ketika, dengan dorongan ingin menyembuhkan penyakit sahabatnya, mereka berdua sepakat mencari pengobatan tradisional, yaitu ramuan dedauanan. Dengan menggunakan perahu karet, mereka menyusuri anak sungai yang tak jauh dari kediaman mereka. Mereka mengikuti aliran sungai, jauh, semakin jauh dan semakin agak besar sungainya.

Sepanjang perjalanan, Erik memetik dedaunan dan buah-buahan hutan untuk dicoba Dexter. Karena begitu beasarnya semangat Dexter untuk sembuh, dexter pun dengan rela dan senang hati mencoba mengunyah dan memakannya, meski tak jarang rasa pahit dan getir meradang di lidah dan tenggorokannya.

Di sisi lain kedua orang tua mereka sibuk mencari keberadaan Erik dan Dexter. Sementara itu keduanya semakin jauh mengikuti aliran air. Sampai kemudian mereka naik ke darat dan berjalan mengikuti jalan yang ada di depannya. Di tengah perjalanan, mereka dikejar-kejar penjahat yang hendak mengganggunya. Mereka berlari sangat kencang tanpa arah yang jelas. Akan tetapi, langkah kecil mereka tentu tak sebanding dengan langkah lelaki yang mengejarnya. Mereka berdua tertaih-tatih dalam kepanikan. Terlebih ketika mereka sampai pada jalan yang tertutup pagar kawat yang sangat tinggi untuk ukuran mereka. Mereka semakin panik! Tiba-tiba Dexter menggigit jarinya. Darah pun mengucur. Erik semakin panik. Tiba-tiba Dexter berujar dengan tersengal-sengal kepada lelaki jahat di depannya. Kurang lebih begini, "Majulah! Maju!" Dan, menunjukkan darah yang mengucur, Dexter melanjutkan ucapannya. "Maju! Asal engkau tahu, aku pengidap AIDS. Kalau kamu mendekat, darah ini akan kucipratkan padamu!"

Sejurus kemudian si lelaki lari terbirit-birit. Dia tahu dan sadar, darah pengidap AIDS tentu berbahaya. Sepeninggal lelaki itu, keduanya mearasa lega. Mereka melanjutkan perjalanan. Cerita kilatnya (lupa gimana prosesnya), mereka berdua sampai kembali ke rumah. Tentu Erik mendapat semprotan yang luar biasa dari ibunya. Bahkan, pukulan pun kembali mendarat di wajahnya. Tentang perilaku ibu Erik, ibu Dexter mengetahuinya. Dia begitu kasihan kepada Erik. Bahkan, dia sangat geregetan dan inginm melabrak ke rumahnya, tetapi tak dilakukannya.

Dan, ceritanya pun berakhir sedih. Akhirnya, Dexter semakin kritis. Dan, nyawa pun menjemput. Erik sangat merasa kehilangan atas kepergian sahabatnya. Erik pun datang sendiri ke rumah Dexter yang sudah di penuhi penziarah. Di bukanya peti mati. Dexter telah terbujur kaku di sana. Dibukanya tirai penutup peti. Erik menatap lama wajah sahabatnya. Dan, dengan pelan dia membuka salah sepatu yang dikenakan Dexter. Dan, Erik pun menggantinya dengan salah satu sepatunya. Mereka memakai sepasang sepatu yang berbeda. Tak kuat melihat kepergian sahabatnya, Erik berjalan linglung ke tepi sungai tak jauh dari tempat itu. Dia terduduk lesu di tepinya.

Pascapenguburan, ibunda Dexter mendatangi rumah Erik. Dia langsung melabraknya dan berkata-kata sambil terisak. "Sampai kamu memarahi bahkan memukul Erik lagi, awas, aku akan membunuhmu!" Mendengar ancaman itu, ibunda Erik pun tegang. Dan tangis ibu Dexter pun tak tertahan. Dipeluknya Erik, sahabat anaknya yang telah dianggapnya sebagai anak sendiri itu dengan tangis meledak. Ibunda Erik hanya melihat peristiwa itu dengan tegang.

Itu sedikit cerita yang masih sempat saya ingat. Tentu saya tak dapat bercerita dengan mood cerita di film itu yang menurut saya begitu bagus dan merenyuhkan hati. Dan, di akhir film, hatiku pun menjadi gerimis. Meski tak tumpah, sempat kuingat, ada yang kuusap basah.

Bagitu terkesannya, begitu keluar dari pintu gedung bioskop itu, terpikir di kepalaku, "Nanti kalau aku punya anak lelaki akan kuberi nama Renfro". Keinginan itu sempat terucap dan didengar sahabat saya.

Dan benar, kini Renfro-ku telah besar. Saat kutulis ini, usianya menginjak 6 tahun 6 bulan. Tentu saat nama itu akan kupakai, aku sibuk mencari artinya. Aku ingat pasti, arti namanya kudapatkan di kamus nama-nama yang terdapat di sebuah toko buku, tepatnya di mall kawasan Blok M, Pasaraya Grande. Alhamdulillah, maknanya bagus. Renfro berasal dari kata renfred (saya baca berasal dari rumpun bahasa Tautonic, saya juga kurang tahu persis tentang bahasa itu). Maknanya, kedamaian; kebijaksanaan. Wah, bagus banget. Akhirnya, setelah dicari-cari, dirangkai-rangkai, dicocok-cocokin, dapat deh pasangannya, yaitu Muhammad Renfro Gumilangga Kimlyn. Saya suka berseloroh kalau teman-teman merasa lucu mendengar nama anak saya. Saya bilang, asal sih, bahwa nama anak saya berasal dari empat bahasa. Pertama, bahasa Arab Muhammad. Artinya, yang terpuji. Kedua, Renfro=renfred, dari bahasa Inggris (Tautonic) yang artinya keadamian atau kebijaksanaan. Ketiga, Gumilangga dari bahasa Jawa. Gumilang arting gemilang atau sukses dan angga (anggoro) bermakna hari selasa, pas lahirnya. Dan yang keempat, Kimlyn dari bahasa Mandarin alias China. Padahal, bukan seh.. Kimlyn adalah paduan nama saya dan istri, Abdul Hakim dan Lilyn Indriyawati. Klop deh! Kayak marga gitu, hehe...! Jika digabungkan, sebagai ayah dan ibu, kami berharap anandaku akan tumbuh menjadi orang yang terpuji, baik hati, bijaksana, membawa kedamaian dan kesuksesan buat kami (hakim dan lilyn) dan buat semua orang, amiin...! Tentang hari selasa, biar nggak lupa hari lahirnya. Untuk yang satu itu, Gumilangga, sebenanrnya dulu hampir saya buang karena saya pikir kepanjangan. Akan tetapi, sang eyang, yang tahu maknanya bahwa angga itu selasa, mereka minta tetap agar penggalan tersebut tetap dipakai dan kami pun setuju setelah mengetahuinya.

Itulah kisah tentang The Cure, Brand Renfro, dan Muhammad Renfro Gumilangga Kimlyn.


























Rabu, 03 Oktober 2007

Idul Fitri 1428 H

Oleh: Abdul Hakim, S.Pd.

Hari kemenangan buat kita umat Islam akan segera menjelang. Setelah sebulan berpuasa, satu syawal 1428 Hijriah akan kita sambut dengan hati yang gembira. Akan tetapi, hari-hari ini sebagian orang disibukkan dengan polemik jatuhnya 1 Syawal yang kemungkinan besar akan berbeda. Yang satu, Idul Fitri akan dirayakan oleh sebagian umat Islam Indonesia pada Jumat, 12 Oktober 2007. sedangkan yang kedua, sesuai dengan kalender pemerintah, kemungkinan besar Idul Fitri akan dirayakan Sabtu, 13 Oktober 2007.

Perbedaan tersebut telah menjadi polemik bagi sebagian orang, baik di media massa (cetak maupun elektronik) atau perdebatan langsung, baik dalam even resmi maupun debat kusir yang cenderung emosional. Contohnya, seminggu yang lalu, saat saya mengikuti sebuah acara ceramah dan buka bersama. Ketika sedang makan, ada salah satu orang yang dengan emosionalnya menanggapi pelaksanaan Idul Fitri yang akan jatuh pada tanggal 12 Oktober. Selain dari gurat wajah, pernyataan dia semakin panas karena disampaikan dengan intonasi dan nada suara yang meledak-ledak. Perlukah respon berlebihan semacam itu?

Tentang Idul Fitri yang jatuhnya berbeda itu disebabkan oleh perbedaan cara atau metode dalam menentukan hitungan kalender. Pihak pertama menggunakan metode rukyat, sedangkan pihak yang kedua menggunakan metode hisab.

Tentang kedua metode tersebut dan bagaimana kita harus bersikap? Bersambung......

Dua Guru YPK: Abdul Hakim dan Ratna Raih Juara LKG Nasional

Ini juga berita lama, tahun 2006, kelanjutan berita sebelumnya yang saya ambil dari Kaltim Post. Sekali lagi sebagai pengingat dan motivator buatku untuk coba terus berprestasi. terus dan terus. Amiin!

Sabtu, 2 Desember 2006

BONTANG- Dua guru asal Yayasan Pupuk Kaltim (YPK) Bontang yakni Ratna Harwiyati dan Abdul Hakim, mengukir prestasi nasional, khususnya pada Lomba Keberhasilan Guru Pembelajaran Tingkat Nasional (LKG-PTN) yang digelar Depdiknas di Hotel Raddin Jakarta, 21-26 November 2006 lalu. Sebelumnya, untuk dapat menjadi 120 finalis yang dipanggil ke Jakarta, keduanya harus bersaing dengan 1420 peserta dari seluruh Indonesia.

Ratna, guru SD YPK 2 merebut juara III kategori SD, sementara Abdul Hakim, guru SMP YPK meraih juara harapan satu. “Bagi kami, semua yang berhasil masuk finalis adalah bagian dari yang terbaik. Tidak hanya pemenang yang mendapatkan hadiah, semua finalis pun mendapat hadiah dari panitia,” ujar Hakim diamini Ratna kepada Kaltim Post, kemarin.

Hal positif lain yang diperolehnya, selama di Jakarta mendapatkan berbagai materi dari Depdiknas, mulai dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), sertifikasi, kebijakan Dirjen PMPTK, dan teknis karya tulis. “Banyak manfaat yang kami peroleh,” imbuhnya.

Pada lomba tersebut, selain Ratna dan Hakim, duta Kaltim lainnya antara lain Dra Herfen Suryati (SMA YPVDP Bontang), Drs Sufyansyah (SDN 027 Balikpapan), Ariyanti SPd (SMPN 1 Balikpapan), dan Drs Surtiyo Utomo, M.Or (SMAN 4 Samarinda). Lomba dibagi 6 kategori yaitu TK (6 finalis), SLB (6 finalis), SD (26 finalis), SMP (47 finalis), SMA (29 finalis), dan SMK (6 finalis).

Hakim juga masuk sebagai finalis Lomba Inovasi Pembelajaran tingkat Nasional di Bogor, 20-26 November 2006. Juara satu lomba serupa tingkat Provinsi Kaltim ini mengaku telah berusaha agar keduanya dapat diikuti dengan baik.

“Sayangnya, setelah selesai presentasi di Bogor, saya tidak bisa standby terus di sana. Saya harus bolak-balik Bogor-Jakarta. Beberapa kali saya absen tidak mengikuti presentasi finalis lainnya. Padahal, panitia membuat aturan, semua peserta hadir saat peserta yang lain presentasi,” ujar guru berprestasi Kota Bontang Tingkat SMP tahun 2006 ini. (ya)

Abdul Hakim SMP YPK: Finalis Lomba Karya Tulis Tingkat Nasional

Sebenarnya ini berita lama, November tahun lalu, 2006. Kumuat di blog ini sebagai pengingat dan motivator bahwa saya pernah berprestasi dan harusnya jangan berhenti. Saya berharap pada tahun 2007 ini, meski tidak banyak, saya dapat meraih prestasi lagi. Berita ini saya download dari Kaltim Post.



Sabtu, 18 November 2006

BONTANG- Guru dan siswa di SMP Yayasan Pupuk Kaltim (YPK) seolah berlomba meraih prestasi. Setelah, 14 Oktober lalu, Queentris, salah seorang siswa dipercaya mewakili Kaltim pada Lomba Pidato Bahasa Inggris tingkat nasional, kini Kepala dan guru bahasa Indonesia SMP YPK, masing-masing Rakim dan Abdul Hakim, juga mengikuti lomba tingkat nasional. Keduanya mewakili Kaltim pada Lomba Inovasi Pembelajaran. Sebelumnya, keduanya bersaing pada lomba serupa mulai tingkat Kota Bontang, dan Kaltim.

Rakim akhirnya juara 1 Lomba Inovasi Peningkatan mutu Pembelajaran dan Manajemen Sekolah, antarkepala SMP se-Kaltim, sementara Abdul Hakim, juara 1 Lomba Inovasi Pembelajaran Bahasa Indonesia. “Kami berangkat bersama rombongan dari Kaltim lainnya mengikuti seleksi tingkat nasional di Bogor,” jelas Hakim kepada Kaltim Post, kemarin. Selain di Lomba Inovasi Pembelajaran, Hakim juga finalis Lomba Keberhasilan Guru (LKG) tingkat nasional yang grandfinal-nya di Jakarta. Karya tulisanya yang lolos seleksi berjudul Pemanfaatan Iklan Televisi sebagai Media Menulis Kreatif Puisi Siswa Kelas 9 SMP Yayasan Pupuk Kaltim.
“Saya sangat bersyukur. Target saya tampil sebaik-baiknya. Masalah menang atau kalah, sudah ada yang mengatur,” ujar juara 1 Guru Berprestasi Tingkat SMP Kota Bontang 2006 ini. Hakim juga peraih Juara Harapan Lomba Desain Kartu dan Ucapan Kartu Hijriah tingkat Nasional garapan Kantor Pos Indonesia. Dia juga presenter PKTV sejak 1999 sampai sekarang, penyiar salah satu radio swasta di Bontang, MC dan moderator berbagai acara.

Hakim juga, Ketua ADWINDO (Asosiasi Duta Wisata Indonesia) Bontang, Tim Desainer Busana Daerah Bontang, instruktur public speaking, hingga mengelola studio seni miliknyanya, Gemilang Studio yang bergerak di bidang Modelling & Broadcasting Course.
Mantan mahasiswa Berprestasi Utama IKIP Malang 1994, (Mapres III Fakultas Bahasa dan Seni/FPBS), tahun 1995 (Mapres I FPBS sekaligus Mapres II IKIP Malang) juga aktif menjadi guru inti di MGMP Kota Bontang. Bahkan, sejak 2002 hingga awal 2006 menjadi instruktur Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi Guru SMP untuk Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Provinsi Kaltim. Di sela kesibukannya, dia masih sempat membina ekstrakurikuler. “Dulu pernah ngajar drama dan membina basket. Karena agak sibuk, jadi tinggal ngajar jurnalistik saja,” ungkap Hakim.

Untuk urusan karya tulis, beberapa siswa bimbingannya jadi juara nasional. Sedangkan untuk urusan seni, beberapa mantan binaannya, baik yang di sekolah maupun di luar sekolah, sebagian telah berkiprah di beberapa kota. Mulai model Cover Boy & Topguest majalah Aneka Yess!, presenter JTV, penyiar radio di Bandung, sampai bermain sinetron. “Berbagai kegiatan ini sangat membantu saya dalam menjalankan tugas sebagai guru di sekolah. Usia boleh jalan terus, tapi pola pikir harus tetap fresh dan dinamis, sedinamis perkembangan siswa,” ujar guru yang juga pernah menjadi juara desain Busana Kerja PT PKT dan juara 1 karya tulis K3 PT Pupuk Kaltim ini. (ya)

Senin, 01 Oktober 2007

Dr. KH. Miftah Faridl: PROSES ADALAH ESENSI KEBERHASILAN


Alhamdulillah, Ramadhan kali ini, kembali saya bertemu dengan hamba-hamba Allah yang cerdas dan bertakwa. Di antaranya, saya berkesempatan bertemu dan ngobrol dari dekat dengan Ustadz Dr. KH. Miftah Faridl dari Bandung. Ulama yang berprofesi sebagai dosen di ITB ini begitu luar biasa. Tidak hanya berkeliling di beberapa wilayah di Indonesia, tetapi juga sering mendapat undangan dari luar negeri. Bahkan, sepulang dari Bontang, esoknya, dia harus pergi ke beberapa wilayah di Amerika untuk berdakwah sampai lebaran nanti.

Saya bertemu beliau saat menjadi pembawa acara pada acara Peringatan Nuzulul Qur'an di Masjid Raya Baiturrahman PT Pupuk Kaltim, Jumat, 29 September 2007, selepas sholat tarawih. Ceramahnya bagus, tapi saya tidak berkesempatan mencatat poin-poinnya. Dua hari setelahnya, saya berkesempatan bertemu lagi, saat menjadi MC/moderator pada acara talk show dan buka bersama PD Muhammadiyah Kota Bontang di Gedung Dakwah Muhammadiyah, Minggu, 1 Oktober 2007. Alhamdulillah, banyak hal atau ilmu baru yang saya dapat. Bahkan, berkesempatan share saat jelang sholat maghrib dan ketika buka/makan setelah sholat.

Beberapa yang saya catat di antaranya adalah tentang esensi dari sebuah keberhasilan (tentu dengan bahasa saya).

  • Seringkali orang mengukur keberhasilan semata-mata dari hasil/produk akhir. Padahal, sebenarnya esensi dari keberhasilan itu adalah prosesnya. Kalau kita sudah berusaha, sang penentu akhir adalah Yang Mahakuasa. Jadi, jangan putus asa, meskipun secara hasil akhir tidak seperti yang kita harapkan. Yakinlah, proses yang kita lakukan dengan niat ikhlas dan sungguh-sungguh telah memberikan sesuatu yang besar dan bermanfaat buat kita dan lingkungan dimana usaha itu kita lakukan.

  • Dulu, para pedagang Hujarat, Arab umumnya, datang ke Indonesia sebagai pedagang. Luar biasanya, meskipun mereka bukan orang-orang Islam yang handal, tetapi mereka mampu menyiarkan agama Islam ke seluruh wilayah Indonesia dalam waktu yang tidak lama. Mereka mampu karena punya niat ikhlas, kuat, dan dilakukan secara kontinue. Sambil berdagang mereka mampu berdakwah. Dan sebagai bukti, mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam. Bandingkan dengan penjajah Belanda yang selama 350 tahun menjajah Indonesia. Mereka tidak mampu mengubah wajah Islam Indonesia karena mereka datang dengan bahasa dan kultur penjajah. Jadi, apa yang dilakukan oleh para pedagang Arab tersebut dapat kita teladani, yakni niat ikhlas, kuat, dan terus-menerus dilakukan.

  • Kalau dulu para pendakwah yang notabene adalah pedagang berdakwah dengan kemampuan standar, apalagi waktu itu, sebelum datang Islam, masyarakat Indonesia telah menganut berbagai aliran, buadaya, dan agama, maka para pendakwah cenderung lembut, terutama soal kultur. Hasilnya, masih banyak orang Islam yang dalam mengamalkan ajaran agama masih bercampur-campur dengan budaya lokal yang tidak diajarkan--bersifat sinkritis, campur-campur. Dan, ini menjadi PR buat kita sebagi umat Islam saat ini, agar ajaran Islam semakin mendekati yang sebenarnya. Kelak, kita ingin ajaran Islam semakin murni, tidak sinkritis lagi.

  • Kondisi umat Islam yang banyak dengan berbagai problemnya, membuka celah buat orang atau kelompok lain untuk menggoyahkan keyakinan, yaitu melalui pendidikan yang tidak Islami, pelayanan kesehatan, kultural ekonomi (ini yang paling dominan, mengingat banyak orang miskin), dan media massa. Kita jangan hanya melarang umat agar tidak terpengaruh dengan kemudahan-kemudahan yang ditawarkan orang yang ujung-ujungnya menjerumuskan keyakinan, tetapi pelarangan kita harus disertai dengan solusi alternatif. Untuk keempat hal di atas, yaitu pendidikan, kesehatan, kultural ekonomi, dan media massa, umat Islam maupun organisasi Islam di Indonesia harus mampu membuat terobosan yang menjawab problem umat. Jangan terlambat. Sebab, kemiskinan, kebodohan, dan sejenisnya memudahkan orang berpikir dangkal: mengubah keyakinan asal tetap bisa survive.

  • Salah satu langkah yang paling mudah dan dekat dengan kita adalah jaga keluarga, terutama buatlah investasi terbaik, yaitu anak-anak yang terdidik dan sholeh-sholihah. Memang tidak mudah, tetapi bukankah kita harus selalu dan selalu mencoba dengan kontinue? InsyaAllah kita akan selamat dan berhasil, amiin!

Abdul Hakim, S.Pd.

Keterangan foto: Foto bersama selepas makan/buka puasa. Dari kika: Pak Totok, daku, Pak Miftah (berpeci putih).



TALK SHOW REMAJA BERKEPRIBADIAN ISLAM BERSAMA USTADZ FACHRUR ROZI


Dalam rangka mengisi kegiatan di bulan Ramadhan 1428H, SMP Yayasan Pupuk Kaltim bekerjasama dengan Masjid Raya Baiturrahman PT Pupuk Kaltim mengadakan Talk Show tentang "Remaja Berkepribadian Islam" di Masjid Baiturrahman. Sekitar 700 siswa menyimak dengan seksama materi dan tanya jawab dengan Ustadz Fachrur Rozi dari Semarang.

Dosen Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang, lulusan S2 IAIN Yogyakarta ini mengatakan bahwa "Baik yang tidak terus itu tidak baik. Tidak baik yang tidak terus tidak baik itu lebih baik daripada baik yang tidak terus". Coba simak baik-baik, agar jelas maknanya.

Beberapa hal lain yang juga disampaikan adalah:

  • Sinetron mistik Indonesia saat ini banyak yang menyesatkan dan menakutkan. Padahal, seharusnya "Ubah hidup ini dengan kegembiraan, jangan malah menakut-nakuti".

  • Perang tidak selamanya bersifat fisik. Saat ini perang opini, ide, pikiran, begitu terasa, baik melalui media cetak maupun elektronik. Perang ini disebut ghozwul fikri.

  • Tiga hal yang sedang memerangi kita, di antaranya:

1. Pembaratan (taghribiyah). Ironisnya, yang kita tiru dari Barat adalah lebih dominan pada hal-hal yang jelek saja, baik menyangkut life style, fashion, food, dll.

2. Kemodernan (asyriah). Yang berbau Islam dianggap kuno. Lihatlah fenomena wanita berubusana, baju atas semakin turun, sedangkan bagian bawah semakin naik. semoga Anda tidak termasuk pengikut aliran tersebut, amiin...!

3. Penyesatan. Misalnya, melalui film/sinetron mistik, cerita/opini/tulisan-tulisan menyesatkan, dll.

  • Dalam Islam tidak mengenal istilah pacaran. Ketika ada yang bertanya, bagaimanakah konsep pacaran yang Islami? Jawabnya, dari fenomena gaya pacaran yang selama ini berkembang di lingkungan kita, terlebih ala Barat, maka dipastikan tidak ada pacaran yang Islami. Sebab, pacaran saat ini selalu lengkap dengan praktik-praktik terlarang, saling pandang dalam waktu yang lama, pegang tangan, berpelukan, berciuman, sampai pada kontak fisik yang mengarah pada perzinahan. Jujur atau tidak, percaya atau tidak, begitulah fenomena yang berlaku di masyarakat kita.

  • Buatlah kegiatan-kegiatan yang baik, semacam sublimasi, yaitu mengalihkan kegiatan yang semula negatif menjadi positif. Bergaulah dengan orang-orang yang baik.

Abdul Hakim

Keterangan foto:

Saya berfoto bersama selepas memandu acara (MC sekaligus moderator talk show). Dari kika: Ustadz Shobirin, Ustadz Fachrur Rozi, Daku, Pak Rakim (kepsek SMP YPK).









Ceramah dan Buka Puasa Guru-Karyawan SMP YPK Bersama Dr. KH. Ali Maschan Musa


PadaRabu, 27 September 2007, guru dan karyawan SMP Yayasan Pupuk Kaltim mengadakan acara silaturrahmi dengan agenda ceramah agama, buka bersama, dan sholat isya'-taraweh berjamaah.

Penceramah yang dihadirkan (berkat kerjasama dengan Takmir Masjid Raya Baiturrahman PT PKT) adalah Ustadz Dr. KH. Ali Maschan Musa (PWNU Jatim).


Keterangan foto:
Ngemce saat acara (Daku di tengah, Pak Ali sedang berbicara)
Photo by Phier

MEMBANGUN KESADARAN PENTINGNYA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DARI RUMAH


Oleh Abdul Hakim, S.Pd., *)

Berbicara mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di lingkungan pekerjaan tentu sebuah hal yang penting. Diangap penting karena tentu kita sepakat bahwa semua hal atau pekerjaan dapat dilaksanakan dengan baik dan optimal jika kita sebagai subjek dari sebuah pekerjaan juga dalam kondisi fisik, psikis, dan lingkungan kerja yang baik dan sehat.
Akan tetapi, kenyataan yang ironis justru menjadi fenomena yang wajar bagi sebagian besar orang. Masyarakat (pekerja) baru menjadi panik dan sadar serta menjadikan K3 sebagai perbincangan aktual ketika sebuah peristiwa kecelakaan kerja telah terjadi. Dalam skala yang lebih kecil, kita sebagai individu baru menyadarinya ketika sudah mengalami kecelakaan atau tertimpa sakit (baik fisik maupun psikis) karena minimnya kepedulian terhadap pentingnya menjaga kesehatan. Fenomena yang seperti ini berlaku di banyak tempat dan waktu.
Harjono, ketua Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional (K3), mengatakan bahwa program K3 belum dilaksanakan secara optimal oleh sebagaian besar perusahaan yang berada di Indonesia. Beberapa perusahaan di Indonesia telah bergerak cepat di bidang K3, terutama sektor pertambangan dan mineral serta manufaktur. Mereka menyadarai manfaat penerapan program K3 bagi usaha mereka (
www.wartaekonomi.com).
Sebagai perusahaan yang sangat peduli terhadap karyawannya, PT Pupuk Kalimantan Timur Tbk. bertekad untuk meningkatkan penerapan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan mempertahankan zero accident (nihil kecelakaan) serta menurunkan kualitas kecelakaan kerja yang mengakibatkan hilangnya hari dan produktivitas kerja. Dengan melakukan berbagai upaya yang cukup keras, program tersebut dapat terlaksana. Bukti konkretnya adalah dengan tidak terjadinya kecelakaan kerja dalam beberapa tahun terakhir Kita selalu berharap agar PT Pupuk Kaltim merupakan bagian dari perusahaan-perusahaan yang berkomitmen dan secara kontinue melaksanakan program K3 dengan baik.
Kalau selama ini kita cenderung (lebih banyak) membahas K3 secara khusus dalam lingkup pekerjaan, yaitu terjaga dan terkontrolnya semua hal yang berhubungan dengan peralatan kantor dan mesin-mesin pabrik pada saat aktivitas kerja berlangsung atau terlayaninya kita dengan upaya preventif berupa pemeriksaan kesehatan (medical check up) secara berkala, ada baiknya kita juga membahasnya dalam ruang yang lebih sempit dan sederhana, tetapi dari yang sederhana inilah konsep K3 dapat kita praktikkan. Konsep tersebut adalah membangun dan mewujudkan K3 mulai dari rumah untuk kemudian diaplikasikan di tempat kerja.
Disadari atau tidak, efektivitas dan produktivitas kerja karyawan di tempat kerja, selain dipengaruhi oleh kondisi lingkungan kerja, seringkali juga berkorelasi langsung atau tidak langsung dengan semua hal yang dibawanya dari rumah, yaitu gaya hidup (life style) yang dijalaninya: pola istirahat, makan, pemahaman dan pelaksanaan pekerjaan, pergaulan, dan lain-lain, sampai pada pola yang dijalaninya bersama keluarga dan lingkungan sekitar. Stressor fisik, psikis, maupun psikososial merupakan hal kompleks bagi seorang karyawan. Oleh karena itu, pemahaman dan penanganannya juga harus dilakukan secara proporsional, baik secara individu maupun kelembagaan.


Tentang Stressor Fisik, Psikis, dan Psikososial
Ainul Hamam dalam penelitiannya mengatakan bahwa satu hal yang seringkali luput dari perhatian pihak manajemen dalam program K3 adalah pengaruh faktor psikososial di lingkungan kerja, selain faktor fisik yang sudah menjadi titik perhatian selama ini. Akhir-akhir ini terdapat kecenderungan peningkatan perhatian terhadap perbedaan pengaruh stressor fisik, psikis, dan psikosial di lingkungan kerja.
Kebutuhan fisik yang terus-menerus meningkat akibat tingginya beban kerja dan kurangnya waktu yang tersedia menyebabkan karyawan mengalami kesulitan dalam menjaga kecepatan dan performansi kerjanya pada taraf optimal. Hal ini menimbulkan beban mental dan kebutuhan psikologis pekerjaan (
www.digilib.itb.ac.id).
Seperti umumnya kompleksitas sebuah masalah, stressor yang terjadi pada diri seorang karyawan juga sama. Oleh karena terjadinya interaksi yang kompleks, maka antara stressor fisik, psikis, psikososial akan bersifat saling mempengaruhi (bersifat timbal balik).
Secara sederhana stressor dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang menjadikan beban atau tekanan bagi individu yang berasal dari sesuatu yang secara fisik tampak (lingkungan) maupun yang tidak tampak (secara psikis). Akibat sterssor fisik, misalnya sakit pusing-pusing, stroke, dan lain-lain. Stressor psikis menghasilkan hambatan secara kejiwaan sehingga seseorang menjadi bermasalah. Sedangkan, stressor psikososial adalah terhambatnya seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya, bisa karena minder, under estimed, tidak percaya diri (merasa harga dirinya rendah), tidak mampu berbicara atau membuat keputusan, dan sejenisnya.
Baik stressor fisik, psikis, maupun psikososial, selain oleh lingkungan kerja, juga terjadi karena terhambatnya kemampuan pribadi dalam menyelesaikan semua masalah yang terjadi pada dirinya, keluarga, maupun lingkungan sosial. Jika hal-hal seperti itu menimpa seorang karyawan, maka dia akan terhambat untuk bekerja secara efektif, produktif, dan optimal yang akan merugikan perusahaan. Apalagi, seringkali apa yang dialami seorang karyawan juga akan mengganggu (terpaksa atau tidak) karyawan lainnya dalam bekerja, salah satunya karena karyawan yang lain akan menggantikan tugasnya, akan membantu menyelesaikan masalahnya, dan lain-lain.

Bagaimanakah Konsep Membangun Kesadaran Pentingnya K3 dari Rumah?
Sesuatu yang familiar biasanya menjadi sesuatu atau rutinitas yang biasa. Sesuatu yang penting pun akan terasa menjadi biasa. Oleh karena itu, mereview kembali kebiasaan-kebiasaan kita untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak didinginkan tentu sebuah tindakan bijaksana.
Berikut beberapa konsep sederhana sebagai pengingat buat kita.
1. Memelihara sanitasi lingkungan
Berawal dari lingkungan keluarga yang bersih dan sehat, maka ketenangan dan kenyamanan akan mengalir segar dalam pikiran kita. Kesegaran seperti itu akan memacu adrenaline untuk tetap semangat dalam bekerja. Jika keadaan sebaliknya yang terjadi di lingkungan kita, maka sebagian waktu dan pikiran kita akan tersita. Kenyamanan pun tidak bisa dirasakan. Perlu dicatat bahwa yang tampak bersih belum tentu sehat atau terbebas dari kuman, bakteri, atau bibit penyakit lainnya. Contohnya, lingkungan taman rumah yang asri dengan warna-warni dan pot bunga yang indah, ternyata tak jarang menyimpan jentik-jentik nyamuk. Sudah banyak kasus, anak-anak atau keluarga kita terkena demam berdarah, padahal lingkungan rumah kita tampak bersih.
2. Menyiapkan waktu yang cukup untuk beristirahat
Rutinitas kerja yang terjadwal tidak bisa ditawar-tawar lagi. Oleh karena itu menyiapkan diri dengan istirahat yang cukup adalah hal mutlak. Memilah dan memilih aktivitas-aktivitas yang bersifat prioritas harus dilakukan. Sebagian besar karyawan sudah mampu melakukannya, tetapi sebagian masih belum dapat menentukan skala prioritas.
3. Menjadwal dan menyiapkan peralatan/kebutuhan kerja dengan baik
Persiapan secara maksimal akan berpengaruh positif untuk ketenangan kerja. Tentu kita pernah mengalami, ketika limit waktu sudah sampai, sedangkan ada sesuatu yang belum disiapkan, pasti kita akan menjadi panic dan gugup. Stressor psikis (ringan) pun terjadi.
4. Mengerjakan tugas sesuai dengan waktu dan prosedur (menganalisis dan mencari solusi jika terjadi hambatan)
Seringkali harus ada tugas yang harus kita bawa pulang, jangan tunda untuk dikerjakan karena ketika menumpuk maka kita menjadi stress. Begitu juga dengan tugas di kantor, jangan biasakan menunda meskipun masih ada kelonggaran waktu.
5. Tepat waktu
Tepat waktu dalam bekerja maupun menyelesaikan pekerjaan harus dibudayakan. Bayangkan, ketika terburu-buru, maka seseorang cenderung mengejar ketertinggalannya dengan melakukan segala sesuatu secara terburu-buru atau mengebut di jalanan. Akibatnya, dia celaka sebelum bekerja. Atau andaipun sampai di tempat kerja, stress psikosoial pun terjadi. Kita merasa malu dengan karyawan yang lain. Belum lagi kalu mendapat teguran dari atasan. Akhirnya, kita bekerja dalam kondisi tegang dan tidak nyaman.
6. Meminimalkan munculnya konflik, baik di rumah maupun di tempat kerja
Konflik adalah hal alamiah yang terjadi pada setiap orang. Yang membedakan adalah kemampuan mengatasi konflik. Oleh karena itu, meminimalkan masalah harus menjadi komitmen. Seringkali kasus rumah tangga menjadi penghambat terlaksananya sebuah pekerjaan.
7. Memeriksa kesehatan secara berkala
Jangan tak acuh terhadap kesehatan kita. Yang kita rasa biasa-biasa saja, belum
tentu keadaan yang sama juga ada dalam tubuh kita jika diperiksa secara teliti.
Jangan-jangan terdapat bibit penyakit yang bersarang di tubuh kita.
8. Menjaga kebersihan, kesehatan, dan keamanan lingkungan kerja
9. Selalu meningkatkan komitmen/kepedulian K3 tidak hanya secara pribadi, tetapi juga kepada komunitas kerja, bahkan kepada skala yang lebih luas, yaitu masyarakat sekitar.
10. Jika Anda menjadi bagian dari pimpinan puncak (top management), berikanlah panutan dan komitmen positif kepada bawahan.
Jika konsep-konsep sederhana tersebut dilakukan oleh setiap karyawan maka, maka praktik K3 yang ideal akan dapat diwujudkan karena konsep tersebut akan bersinergi dengan konsep-konsep besar yang selama ini telah menjadi program atau komitmen perusahaan.
Filosofi dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia berikut layak kita simak. Bekerja merupakan salah satu kegiatan utama bagi setiap orang atau masyarakat untuk mempertahanakan hidup dan kehidupannya. Agar dapat bekerja dengan baik, setiap orang memerlukan dukungan kemampuan kerja, seperti tenaga yang diperoleh dari gizi yang baik, dan kondisi lingkungan kerja. Pada hakekatnya, agar seseorang atau sekelompok pekerja dapat bekerja secara sehat diperlukan upaya untuk menyerasikan ketiga kemampuan utama, yaitu kapasitas kerja, beban kerja, dan lingkungan kerja. WHO menentapkan bahwa tatanan yang universal untuk pembudayaan hidup sehat adalah keluarga, institusi pendidikan, dan tempat kerja (
www.depkes.go.id).

*) Penulis adalah Karyawan Yayasan Pupuk Kaltim
Bertugas di SMP YPK

*) Juara 1 Lomba Penulisan Artikel K3 PT PKT, tahun 2007

*) Dimuat juga di Media PT PKT, Agustus 2007

Referensi
www.binaprima.com. Bina Prima: Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

www.depkes.go.id. Pusat Kesehatan Kerja (Puskeja). Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

www.digilib.itb.ac.id. Identifikasi dan Analisis stressor fisik dan Psikososial di Lingkungan Kerja Kantor untuk Merancang Sistem Partisipasi Karyawan dalam K3 (Studi Kasus di Conoco Philips Indonesia Inc. Ltd.) oleh Ainul Hamam.

www.pemda-diy.go.id. Kesadaran Pengusaha membentuk P2K3 Masih Kurang.

www.pupukkaltim.com. K3 dan Lingkungan Hidup.

www.republika.co.id. Sepatutnya Setiap Perusahaan Miliki Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja.

www.wartaekonomi.com. Program K3 Belum dilaksanakan Dunia Bisnis secara Optimal oleh Mochamad Ade Maulidin.