Rabu, 24 Oktober 2007

Antara The Cure, Brad Renfro, & Muhammad Renfro



The Cure is a 1995 film starring Brad Renfro and Joseph Mazzello about two boys searching for the cure of AIDS, from which one of them is suffering. It was produced by Eric Eisner and Mark Burg, who has since gained fame as the producer behind the "Saw" films.

In the story, Erik (Brad Renfro), an adolescent loner with a distant mother, moves into a new area where his next-door neighbours include eleven-year-old Dexter (Joseph Mazzello), who contracted AIDS through a blood transfusion. Despite their differences, the two become good friends as Erik seeks a family in Dexter and his genial mother. But when the boys read about a doctor in distant New Orleans who claims to have found a cure for AIDS, they set out on their own down the Mississippi River in the hope of saving Dexter's life.

The Cure adalah salah satu film favorit dari sekian banyak film yang pernah saya tonton. Pertama sekali, film tersebut saya tonton di Gadjah Mada Plasa di Kota Malang pada tahun 1995. Saat itu saya masih kuliah, kira-kira semester empat atau lima. Waduh, waktu itu saya sedang maniak sekali nonton film. Salah satu temen nonton adalah sahabatku, namanya Amir, biasa dan lebih akrab dipanggil Semir, asli Sumbawa-NTB.

Nonton yang kedua, pada tahun 2000-an awal gitu kayaknya. Saya lupa. Film tersebut ditayangkan di RCTI. Sayangnya, saya hanya nonton sepenggal, pas tidak tahu jadwal tayangnya. Padahal, sudah lama ditunggu-tunggu. Terus sampai sekarang tidak pernah menontonnya lagi. Sudah coba mencari-cari, tapi belum ketemu VCD atau DVD-nya. Ada yang bisa bantu? Please...........!

Mengapa film itu menarik buat saya? Sebenarnya, saya lebih suka nonton film-film bergenre drama romantis atau film-film bersetting klasik, kayak Irlandia tempo dulu gitu. Akan tetapi, The Cure yang saya tonton tanpa direncanakan telah memberikan wacana lain yang berbeda dengan film-film sebelumnya. Mengapa? Karena The Cure adalah film dengan pemeran anak-anak, yaitu Brad Renfro dan lain-lain. Sekarang mereka sudah besar dan tumbuh menjadi artis remaja. Beberapa film yang dibintangi Brad salah satunya pernah saya tonton. Sudah beda, kurang imut dibanding dulu. Ya, iyalah...!

Film ini berkisah tentang hidup bertetangga. Di antara deret rumah, terdapat dua rumah bersebelahan dengan keadaan yang sama. Seorang ibu (single parent), masing-masing dengan seorang putra usia puluhan tahun. Rumah mereka dibatasi pagar terbuat dari kayu dengan tinggi dua kali tinggi anak-anak tersebut sehingga keduanya tak dapat bermain bersama. Tragisnya lagi, kondisi tak bersahabat memang sengaja diciptakan oleh ibunda Erik (Brad Renfro) agar tak bergaul dengan Dexter (Joseph Mazzello). hal itu terjadi karena ibu Erik mengetahui kalau Dexter mengidap AIDS.

Akan tetapi, saat kedua orang tua mereka bekerja, Erik sering mengintip rumah Dexter dengan cara memanjat pagar. Dilihatnya Dexter sedang bermain sendiri. Oleh karena sama-sama kesepian, akhirnya mereka berteman, bermain bersama tanpa sepengetahuan orang tua (terutama orang tua Erik), bahkan mereka berdua kemudian bersahabat.

Suatu ketika ibu Erik mengetahui perilaku anaknya. Erik dimarahi habis-habisan. Bahkan suatu ketika, tamparan mendarat di pipinya. Di sisi lain, ibu Dexter sangat merasa bahagia atas persahabtan mereka berdua. Erik diperlakukan seperti anaknya sendiri. Erik seolah mendapat ketenangan dan kedamaian baru. Kasih sayang yang diberikan ibu Dexter jarang diberikan ibunya yang super sibuk dan lumayan keras dalam mendidik.

Dengan agak-agak sedikit lupa, begini ceritanya.

Suatu ketika, dengan dorongan ingin menyembuhkan penyakit sahabatnya, mereka berdua sepakat mencari pengobatan tradisional, yaitu ramuan dedauanan. Dengan menggunakan perahu karet, mereka menyusuri anak sungai yang tak jauh dari kediaman mereka. Mereka mengikuti aliran sungai, jauh, semakin jauh dan semakin agak besar sungainya.

Sepanjang perjalanan, Erik memetik dedaunan dan buah-buahan hutan untuk dicoba Dexter. Karena begitu beasarnya semangat Dexter untuk sembuh, dexter pun dengan rela dan senang hati mencoba mengunyah dan memakannya, meski tak jarang rasa pahit dan getir meradang di lidah dan tenggorokannya.

Di sisi lain kedua orang tua mereka sibuk mencari keberadaan Erik dan Dexter. Sementara itu keduanya semakin jauh mengikuti aliran air. Sampai kemudian mereka naik ke darat dan berjalan mengikuti jalan yang ada di depannya. Di tengah perjalanan, mereka dikejar-kejar penjahat yang hendak mengganggunya. Mereka berlari sangat kencang tanpa arah yang jelas. Akan tetapi, langkah kecil mereka tentu tak sebanding dengan langkah lelaki yang mengejarnya. Mereka berdua tertaih-tatih dalam kepanikan. Terlebih ketika mereka sampai pada jalan yang tertutup pagar kawat yang sangat tinggi untuk ukuran mereka. Mereka semakin panik! Tiba-tiba Dexter menggigit jarinya. Darah pun mengucur. Erik semakin panik. Tiba-tiba Dexter berujar dengan tersengal-sengal kepada lelaki jahat di depannya. Kurang lebih begini, "Majulah! Maju!" Dan, menunjukkan darah yang mengucur, Dexter melanjutkan ucapannya. "Maju! Asal engkau tahu, aku pengidap AIDS. Kalau kamu mendekat, darah ini akan kucipratkan padamu!"

Sejurus kemudian si lelaki lari terbirit-birit. Dia tahu dan sadar, darah pengidap AIDS tentu berbahaya. Sepeninggal lelaki itu, keduanya mearasa lega. Mereka melanjutkan perjalanan. Cerita kilatnya (lupa gimana prosesnya), mereka berdua sampai kembali ke rumah. Tentu Erik mendapat semprotan yang luar biasa dari ibunya. Bahkan, pukulan pun kembali mendarat di wajahnya. Tentang perilaku ibu Erik, ibu Dexter mengetahuinya. Dia begitu kasihan kepada Erik. Bahkan, dia sangat geregetan dan inginm melabrak ke rumahnya, tetapi tak dilakukannya.

Dan, ceritanya pun berakhir sedih. Akhirnya, Dexter semakin kritis. Dan, nyawa pun menjemput. Erik sangat merasa kehilangan atas kepergian sahabatnya. Erik pun datang sendiri ke rumah Dexter yang sudah di penuhi penziarah. Di bukanya peti mati. Dexter telah terbujur kaku di sana. Dibukanya tirai penutup peti. Erik menatap lama wajah sahabatnya. Dan, dengan pelan dia membuka salah sepatu yang dikenakan Dexter. Dan, Erik pun menggantinya dengan salah satu sepatunya. Mereka memakai sepasang sepatu yang berbeda. Tak kuat melihat kepergian sahabatnya, Erik berjalan linglung ke tepi sungai tak jauh dari tempat itu. Dia terduduk lesu di tepinya.

Pascapenguburan, ibunda Dexter mendatangi rumah Erik. Dia langsung melabraknya dan berkata-kata sambil terisak. "Sampai kamu memarahi bahkan memukul Erik lagi, awas, aku akan membunuhmu!" Mendengar ancaman itu, ibunda Erik pun tegang. Dan tangis ibu Dexter pun tak tertahan. Dipeluknya Erik, sahabat anaknya yang telah dianggapnya sebagai anak sendiri itu dengan tangis meledak. Ibunda Erik hanya melihat peristiwa itu dengan tegang.

Itu sedikit cerita yang masih sempat saya ingat. Tentu saya tak dapat bercerita dengan mood cerita di film itu yang menurut saya begitu bagus dan merenyuhkan hati. Dan, di akhir film, hatiku pun menjadi gerimis. Meski tak tumpah, sempat kuingat, ada yang kuusap basah.

Bagitu terkesannya, begitu keluar dari pintu gedung bioskop itu, terpikir di kepalaku, "Nanti kalau aku punya anak lelaki akan kuberi nama Renfro". Keinginan itu sempat terucap dan didengar sahabat saya.

Dan benar, kini Renfro-ku telah besar. Saat kutulis ini, usianya menginjak 6 tahun 6 bulan. Tentu saat nama itu akan kupakai, aku sibuk mencari artinya. Aku ingat pasti, arti namanya kudapatkan di kamus nama-nama yang terdapat di sebuah toko buku, tepatnya di mall kawasan Blok M, Pasaraya Grande. Alhamdulillah, maknanya bagus. Renfro berasal dari kata renfred (saya baca berasal dari rumpun bahasa Tautonic, saya juga kurang tahu persis tentang bahasa itu). Maknanya, kedamaian; kebijaksanaan. Wah, bagus banget. Akhirnya, setelah dicari-cari, dirangkai-rangkai, dicocok-cocokin, dapat deh pasangannya, yaitu Muhammad Renfro Gumilangga Kimlyn. Saya suka berseloroh kalau teman-teman merasa lucu mendengar nama anak saya. Saya bilang, asal sih, bahwa nama anak saya berasal dari empat bahasa. Pertama, bahasa Arab Muhammad. Artinya, yang terpuji. Kedua, Renfro=renfred, dari bahasa Inggris (Tautonic) yang artinya keadamian atau kebijaksanaan. Ketiga, Gumilangga dari bahasa Jawa. Gumilang arting gemilang atau sukses dan angga (anggoro) bermakna hari selasa, pas lahirnya. Dan yang keempat, Kimlyn dari bahasa Mandarin alias China. Padahal, bukan seh.. Kimlyn adalah paduan nama saya dan istri, Abdul Hakim dan Lilyn Indriyawati. Klop deh! Kayak marga gitu, hehe...! Jika digabungkan, sebagai ayah dan ibu, kami berharap anandaku akan tumbuh menjadi orang yang terpuji, baik hati, bijaksana, membawa kedamaian dan kesuksesan buat kami (hakim dan lilyn) dan buat semua orang, amiin...! Tentang hari selasa, biar nggak lupa hari lahirnya. Untuk yang satu itu, Gumilangga, sebenanrnya dulu hampir saya buang karena saya pikir kepanjangan. Akan tetapi, sang eyang, yang tahu maknanya bahwa angga itu selasa, mereka minta tetap agar penggalan tersebut tetap dipakai dan kami pun setuju setelah mengetahuinya.

Itulah kisah tentang The Cure, Brand Renfro, dan Muhammad Renfro Gumilangga Kimlyn.


























Rabu, 03 Oktober 2007

Idul Fitri 1428 H

Oleh: Abdul Hakim, S.Pd.

Hari kemenangan buat kita umat Islam akan segera menjelang. Setelah sebulan berpuasa, satu syawal 1428 Hijriah akan kita sambut dengan hati yang gembira. Akan tetapi, hari-hari ini sebagian orang disibukkan dengan polemik jatuhnya 1 Syawal yang kemungkinan besar akan berbeda. Yang satu, Idul Fitri akan dirayakan oleh sebagian umat Islam Indonesia pada Jumat, 12 Oktober 2007. sedangkan yang kedua, sesuai dengan kalender pemerintah, kemungkinan besar Idul Fitri akan dirayakan Sabtu, 13 Oktober 2007.

Perbedaan tersebut telah menjadi polemik bagi sebagian orang, baik di media massa (cetak maupun elektronik) atau perdebatan langsung, baik dalam even resmi maupun debat kusir yang cenderung emosional. Contohnya, seminggu yang lalu, saat saya mengikuti sebuah acara ceramah dan buka bersama. Ketika sedang makan, ada salah satu orang yang dengan emosionalnya menanggapi pelaksanaan Idul Fitri yang akan jatuh pada tanggal 12 Oktober. Selain dari gurat wajah, pernyataan dia semakin panas karena disampaikan dengan intonasi dan nada suara yang meledak-ledak. Perlukah respon berlebihan semacam itu?

Tentang Idul Fitri yang jatuhnya berbeda itu disebabkan oleh perbedaan cara atau metode dalam menentukan hitungan kalender. Pihak pertama menggunakan metode rukyat, sedangkan pihak yang kedua menggunakan metode hisab.

Tentang kedua metode tersebut dan bagaimana kita harus bersikap? Bersambung......

Dua Guru YPK: Abdul Hakim dan Ratna Raih Juara LKG Nasional

Ini juga berita lama, tahun 2006, kelanjutan berita sebelumnya yang saya ambil dari Kaltim Post. Sekali lagi sebagai pengingat dan motivator buatku untuk coba terus berprestasi. terus dan terus. Amiin!

Sabtu, 2 Desember 2006

BONTANG- Dua guru asal Yayasan Pupuk Kaltim (YPK) Bontang yakni Ratna Harwiyati dan Abdul Hakim, mengukir prestasi nasional, khususnya pada Lomba Keberhasilan Guru Pembelajaran Tingkat Nasional (LKG-PTN) yang digelar Depdiknas di Hotel Raddin Jakarta, 21-26 November 2006 lalu. Sebelumnya, untuk dapat menjadi 120 finalis yang dipanggil ke Jakarta, keduanya harus bersaing dengan 1420 peserta dari seluruh Indonesia.

Ratna, guru SD YPK 2 merebut juara III kategori SD, sementara Abdul Hakim, guru SMP YPK meraih juara harapan satu. “Bagi kami, semua yang berhasil masuk finalis adalah bagian dari yang terbaik. Tidak hanya pemenang yang mendapatkan hadiah, semua finalis pun mendapat hadiah dari panitia,” ujar Hakim diamini Ratna kepada Kaltim Post, kemarin.

Hal positif lain yang diperolehnya, selama di Jakarta mendapatkan berbagai materi dari Depdiknas, mulai dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), sertifikasi, kebijakan Dirjen PMPTK, dan teknis karya tulis. “Banyak manfaat yang kami peroleh,” imbuhnya.

Pada lomba tersebut, selain Ratna dan Hakim, duta Kaltim lainnya antara lain Dra Herfen Suryati (SMA YPVDP Bontang), Drs Sufyansyah (SDN 027 Balikpapan), Ariyanti SPd (SMPN 1 Balikpapan), dan Drs Surtiyo Utomo, M.Or (SMAN 4 Samarinda). Lomba dibagi 6 kategori yaitu TK (6 finalis), SLB (6 finalis), SD (26 finalis), SMP (47 finalis), SMA (29 finalis), dan SMK (6 finalis).

Hakim juga masuk sebagai finalis Lomba Inovasi Pembelajaran tingkat Nasional di Bogor, 20-26 November 2006. Juara satu lomba serupa tingkat Provinsi Kaltim ini mengaku telah berusaha agar keduanya dapat diikuti dengan baik.

“Sayangnya, setelah selesai presentasi di Bogor, saya tidak bisa standby terus di sana. Saya harus bolak-balik Bogor-Jakarta. Beberapa kali saya absen tidak mengikuti presentasi finalis lainnya. Padahal, panitia membuat aturan, semua peserta hadir saat peserta yang lain presentasi,” ujar guru berprestasi Kota Bontang Tingkat SMP tahun 2006 ini. (ya)

Abdul Hakim SMP YPK: Finalis Lomba Karya Tulis Tingkat Nasional

Sebenarnya ini berita lama, November tahun lalu, 2006. Kumuat di blog ini sebagai pengingat dan motivator bahwa saya pernah berprestasi dan harusnya jangan berhenti. Saya berharap pada tahun 2007 ini, meski tidak banyak, saya dapat meraih prestasi lagi. Berita ini saya download dari Kaltim Post.



Sabtu, 18 November 2006

BONTANG- Guru dan siswa di SMP Yayasan Pupuk Kaltim (YPK) seolah berlomba meraih prestasi. Setelah, 14 Oktober lalu, Queentris, salah seorang siswa dipercaya mewakili Kaltim pada Lomba Pidato Bahasa Inggris tingkat nasional, kini Kepala dan guru bahasa Indonesia SMP YPK, masing-masing Rakim dan Abdul Hakim, juga mengikuti lomba tingkat nasional. Keduanya mewakili Kaltim pada Lomba Inovasi Pembelajaran. Sebelumnya, keduanya bersaing pada lomba serupa mulai tingkat Kota Bontang, dan Kaltim.

Rakim akhirnya juara 1 Lomba Inovasi Peningkatan mutu Pembelajaran dan Manajemen Sekolah, antarkepala SMP se-Kaltim, sementara Abdul Hakim, juara 1 Lomba Inovasi Pembelajaran Bahasa Indonesia. “Kami berangkat bersama rombongan dari Kaltim lainnya mengikuti seleksi tingkat nasional di Bogor,” jelas Hakim kepada Kaltim Post, kemarin. Selain di Lomba Inovasi Pembelajaran, Hakim juga finalis Lomba Keberhasilan Guru (LKG) tingkat nasional yang grandfinal-nya di Jakarta. Karya tulisanya yang lolos seleksi berjudul Pemanfaatan Iklan Televisi sebagai Media Menulis Kreatif Puisi Siswa Kelas 9 SMP Yayasan Pupuk Kaltim.
“Saya sangat bersyukur. Target saya tampil sebaik-baiknya. Masalah menang atau kalah, sudah ada yang mengatur,” ujar juara 1 Guru Berprestasi Tingkat SMP Kota Bontang 2006 ini. Hakim juga peraih Juara Harapan Lomba Desain Kartu dan Ucapan Kartu Hijriah tingkat Nasional garapan Kantor Pos Indonesia. Dia juga presenter PKTV sejak 1999 sampai sekarang, penyiar salah satu radio swasta di Bontang, MC dan moderator berbagai acara.

Hakim juga, Ketua ADWINDO (Asosiasi Duta Wisata Indonesia) Bontang, Tim Desainer Busana Daerah Bontang, instruktur public speaking, hingga mengelola studio seni miliknyanya, Gemilang Studio yang bergerak di bidang Modelling & Broadcasting Course.
Mantan mahasiswa Berprestasi Utama IKIP Malang 1994, (Mapres III Fakultas Bahasa dan Seni/FPBS), tahun 1995 (Mapres I FPBS sekaligus Mapres II IKIP Malang) juga aktif menjadi guru inti di MGMP Kota Bontang. Bahkan, sejak 2002 hingga awal 2006 menjadi instruktur Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi Guru SMP untuk Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Provinsi Kaltim. Di sela kesibukannya, dia masih sempat membina ekstrakurikuler. “Dulu pernah ngajar drama dan membina basket. Karena agak sibuk, jadi tinggal ngajar jurnalistik saja,” ungkap Hakim.

Untuk urusan karya tulis, beberapa siswa bimbingannya jadi juara nasional. Sedangkan untuk urusan seni, beberapa mantan binaannya, baik yang di sekolah maupun di luar sekolah, sebagian telah berkiprah di beberapa kota. Mulai model Cover Boy & Topguest majalah Aneka Yess!, presenter JTV, penyiar radio di Bandung, sampai bermain sinetron. “Berbagai kegiatan ini sangat membantu saya dalam menjalankan tugas sebagai guru di sekolah. Usia boleh jalan terus, tapi pola pikir harus tetap fresh dan dinamis, sedinamis perkembangan siswa,” ujar guru yang juga pernah menjadi juara desain Busana Kerja PT PKT dan juara 1 karya tulis K3 PT Pupuk Kaltim ini. (ya)

Senin, 01 Oktober 2007

Dr. KH. Miftah Faridl: PROSES ADALAH ESENSI KEBERHASILAN


Alhamdulillah, Ramadhan kali ini, kembali saya bertemu dengan hamba-hamba Allah yang cerdas dan bertakwa. Di antaranya, saya berkesempatan bertemu dan ngobrol dari dekat dengan Ustadz Dr. KH. Miftah Faridl dari Bandung. Ulama yang berprofesi sebagai dosen di ITB ini begitu luar biasa. Tidak hanya berkeliling di beberapa wilayah di Indonesia, tetapi juga sering mendapat undangan dari luar negeri. Bahkan, sepulang dari Bontang, esoknya, dia harus pergi ke beberapa wilayah di Amerika untuk berdakwah sampai lebaran nanti.

Saya bertemu beliau saat menjadi pembawa acara pada acara Peringatan Nuzulul Qur'an di Masjid Raya Baiturrahman PT Pupuk Kaltim, Jumat, 29 September 2007, selepas sholat tarawih. Ceramahnya bagus, tapi saya tidak berkesempatan mencatat poin-poinnya. Dua hari setelahnya, saya berkesempatan bertemu lagi, saat menjadi MC/moderator pada acara talk show dan buka bersama PD Muhammadiyah Kota Bontang di Gedung Dakwah Muhammadiyah, Minggu, 1 Oktober 2007. Alhamdulillah, banyak hal atau ilmu baru yang saya dapat. Bahkan, berkesempatan share saat jelang sholat maghrib dan ketika buka/makan setelah sholat.

Beberapa yang saya catat di antaranya adalah tentang esensi dari sebuah keberhasilan (tentu dengan bahasa saya).

  • Seringkali orang mengukur keberhasilan semata-mata dari hasil/produk akhir. Padahal, sebenarnya esensi dari keberhasilan itu adalah prosesnya. Kalau kita sudah berusaha, sang penentu akhir adalah Yang Mahakuasa. Jadi, jangan putus asa, meskipun secara hasil akhir tidak seperti yang kita harapkan. Yakinlah, proses yang kita lakukan dengan niat ikhlas dan sungguh-sungguh telah memberikan sesuatu yang besar dan bermanfaat buat kita dan lingkungan dimana usaha itu kita lakukan.

  • Dulu, para pedagang Hujarat, Arab umumnya, datang ke Indonesia sebagai pedagang. Luar biasanya, meskipun mereka bukan orang-orang Islam yang handal, tetapi mereka mampu menyiarkan agama Islam ke seluruh wilayah Indonesia dalam waktu yang tidak lama. Mereka mampu karena punya niat ikhlas, kuat, dan dilakukan secara kontinue. Sambil berdagang mereka mampu berdakwah. Dan sebagai bukti, mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam. Bandingkan dengan penjajah Belanda yang selama 350 tahun menjajah Indonesia. Mereka tidak mampu mengubah wajah Islam Indonesia karena mereka datang dengan bahasa dan kultur penjajah. Jadi, apa yang dilakukan oleh para pedagang Arab tersebut dapat kita teladani, yakni niat ikhlas, kuat, dan terus-menerus dilakukan.

  • Kalau dulu para pendakwah yang notabene adalah pedagang berdakwah dengan kemampuan standar, apalagi waktu itu, sebelum datang Islam, masyarakat Indonesia telah menganut berbagai aliran, buadaya, dan agama, maka para pendakwah cenderung lembut, terutama soal kultur. Hasilnya, masih banyak orang Islam yang dalam mengamalkan ajaran agama masih bercampur-campur dengan budaya lokal yang tidak diajarkan--bersifat sinkritis, campur-campur. Dan, ini menjadi PR buat kita sebagi umat Islam saat ini, agar ajaran Islam semakin mendekati yang sebenarnya. Kelak, kita ingin ajaran Islam semakin murni, tidak sinkritis lagi.

  • Kondisi umat Islam yang banyak dengan berbagai problemnya, membuka celah buat orang atau kelompok lain untuk menggoyahkan keyakinan, yaitu melalui pendidikan yang tidak Islami, pelayanan kesehatan, kultural ekonomi (ini yang paling dominan, mengingat banyak orang miskin), dan media massa. Kita jangan hanya melarang umat agar tidak terpengaruh dengan kemudahan-kemudahan yang ditawarkan orang yang ujung-ujungnya menjerumuskan keyakinan, tetapi pelarangan kita harus disertai dengan solusi alternatif. Untuk keempat hal di atas, yaitu pendidikan, kesehatan, kultural ekonomi, dan media massa, umat Islam maupun organisasi Islam di Indonesia harus mampu membuat terobosan yang menjawab problem umat. Jangan terlambat. Sebab, kemiskinan, kebodohan, dan sejenisnya memudahkan orang berpikir dangkal: mengubah keyakinan asal tetap bisa survive.

  • Salah satu langkah yang paling mudah dan dekat dengan kita adalah jaga keluarga, terutama buatlah investasi terbaik, yaitu anak-anak yang terdidik dan sholeh-sholihah. Memang tidak mudah, tetapi bukankah kita harus selalu dan selalu mencoba dengan kontinue? InsyaAllah kita akan selamat dan berhasil, amiin!

Abdul Hakim, S.Pd.

Keterangan foto: Foto bersama selepas makan/buka puasa. Dari kika: Pak Totok, daku, Pak Miftah (berpeci putih).



TALK SHOW REMAJA BERKEPRIBADIAN ISLAM BERSAMA USTADZ FACHRUR ROZI


Dalam rangka mengisi kegiatan di bulan Ramadhan 1428H, SMP Yayasan Pupuk Kaltim bekerjasama dengan Masjid Raya Baiturrahman PT Pupuk Kaltim mengadakan Talk Show tentang "Remaja Berkepribadian Islam" di Masjid Baiturrahman. Sekitar 700 siswa menyimak dengan seksama materi dan tanya jawab dengan Ustadz Fachrur Rozi dari Semarang.

Dosen Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang, lulusan S2 IAIN Yogyakarta ini mengatakan bahwa "Baik yang tidak terus itu tidak baik. Tidak baik yang tidak terus tidak baik itu lebih baik daripada baik yang tidak terus". Coba simak baik-baik, agar jelas maknanya.

Beberapa hal lain yang juga disampaikan adalah:

  • Sinetron mistik Indonesia saat ini banyak yang menyesatkan dan menakutkan. Padahal, seharusnya "Ubah hidup ini dengan kegembiraan, jangan malah menakut-nakuti".

  • Perang tidak selamanya bersifat fisik. Saat ini perang opini, ide, pikiran, begitu terasa, baik melalui media cetak maupun elektronik. Perang ini disebut ghozwul fikri.

  • Tiga hal yang sedang memerangi kita, di antaranya:

1. Pembaratan (taghribiyah). Ironisnya, yang kita tiru dari Barat adalah lebih dominan pada hal-hal yang jelek saja, baik menyangkut life style, fashion, food, dll.

2. Kemodernan (asyriah). Yang berbau Islam dianggap kuno. Lihatlah fenomena wanita berubusana, baju atas semakin turun, sedangkan bagian bawah semakin naik. semoga Anda tidak termasuk pengikut aliran tersebut, amiin...!

3. Penyesatan. Misalnya, melalui film/sinetron mistik, cerita/opini/tulisan-tulisan menyesatkan, dll.

  • Dalam Islam tidak mengenal istilah pacaran. Ketika ada yang bertanya, bagaimanakah konsep pacaran yang Islami? Jawabnya, dari fenomena gaya pacaran yang selama ini berkembang di lingkungan kita, terlebih ala Barat, maka dipastikan tidak ada pacaran yang Islami. Sebab, pacaran saat ini selalu lengkap dengan praktik-praktik terlarang, saling pandang dalam waktu yang lama, pegang tangan, berpelukan, berciuman, sampai pada kontak fisik yang mengarah pada perzinahan. Jujur atau tidak, percaya atau tidak, begitulah fenomena yang berlaku di masyarakat kita.

  • Buatlah kegiatan-kegiatan yang baik, semacam sublimasi, yaitu mengalihkan kegiatan yang semula negatif menjadi positif. Bergaulah dengan orang-orang yang baik.

Abdul Hakim

Keterangan foto:

Saya berfoto bersama selepas memandu acara (MC sekaligus moderator talk show). Dari kika: Ustadz Shobirin, Ustadz Fachrur Rozi, Daku, Pak Rakim (kepsek SMP YPK).









Ceramah dan Buka Puasa Guru-Karyawan SMP YPK Bersama Dr. KH. Ali Maschan Musa


PadaRabu, 27 September 2007, guru dan karyawan SMP Yayasan Pupuk Kaltim mengadakan acara silaturrahmi dengan agenda ceramah agama, buka bersama, dan sholat isya'-taraweh berjamaah.

Penceramah yang dihadirkan (berkat kerjasama dengan Takmir Masjid Raya Baiturrahman PT PKT) adalah Ustadz Dr. KH. Ali Maschan Musa (PWNU Jatim).


Keterangan foto:
Ngemce saat acara (Daku di tengah, Pak Ali sedang berbicara)
Photo by Phier

MEMBANGUN KESADARAN PENTINGNYA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DARI RUMAH


Oleh Abdul Hakim, S.Pd., *)

Berbicara mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di lingkungan pekerjaan tentu sebuah hal yang penting. Diangap penting karena tentu kita sepakat bahwa semua hal atau pekerjaan dapat dilaksanakan dengan baik dan optimal jika kita sebagai subjek dari sebuah pekerjaan juga dalam kondisi fisik, psikis, dan lingkungan kerja yang baik dan sehat.
Akan tetapi, kenyataan yang ironis justru menjadi fenomena yang wajar bagi sebagian besar orang. Masyarakat (pekerja) baru menjadi panik dan sadar serta menjadikan K3 sebagai perbincangan aktual ketika sebuah peristiwa kecelakaan kerja telah terjadi. Dalam skala yang lebih kecil, kita sebagai individu baru menyadarinya ketika sudah mengalami kecelakaan atau tertimpa sakit (baik fisik maupun psikis) karena minimnya kepedulian terhadap pentingnya menjaga kesehatan. Fenomena yang seperti ini berlaku di banyak tempat dan waktu.
Harjono, ketua Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional (K3), mengatakan bahwa program K3 belum dilaksanakan secara optimal oleh sebagaian besar perusahaan yang berada di Indonesia. Beberapa perusahaan di Indonesia telah bergerak cepat di bidang K3, terutama sektor pertambangan dan mineral serta manufaktur. Mereka menyadarai manfaat penerapan program K3 bagi usaha mereka (
www.wartaekonomi.com).
Sebagai perusahaan yang sangat peduli terhadap karyawannya, PT Pupuk Kalimantan Timur Tbk. bertekad untuk meningkatkan penerapan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan mempertahankan zero accident (nihil kecelakaan) serta menurunkan kualitas kecelakaan kerja yang mengakibatkan hilangnya hari dan produktivitas kerja. Dengan melakukan berbagai upaya yang cukup keras, program tersebut dapat terlaksana. Bukti konkretnya adalah dengan tidak terjadinya kecelakaan kerja dalam beberapa tahun terakhir Kita selalu berharap agar PT Pupuk Kaltim merupakan bagian dari perusahaan-perusahaan yang berkomitmen dan secara kontinue melaksanakan program K3 dengan baik.
Kalau selama ini kita cenderung (lebih banyak) membahas K3 secara khusus dalam lingkup pekerjaan, yaitu terjaga dan terkontrolnya semua hal yang berhubungan dengan peralatan kantor dan mesin-mesin pabrik pada saat aktivitas kerja berlangsung atau terlayaninya kita dengan upaya preventif berupa pemeriksaan kesehatan (medical check up) secara berkala, ada baiknya kita juga membahasnya dalam ruang yang lebih sempit dan sederhana, tetapi dari yang sederhana inilah konsep K3 dapat kita praktikkan. Konsep tersebut adalah membangun dan mewujudkan K3 mulai dari rumah untuk kemudian diaplikasikan di tempat kerja.
Disadari atau tidak, efektivitas dan produktivitas kerja karyawan di tempat kerja, selain dipengaruhi oleh kondisi lingkungan kerja, seringkali juga berkorelasi langsung atau tidak langsung dengan semua hal yang dibawanya dari rumah, yaitu gaya hidup (life style) yang dijalaninya: pola istirahat, makan, pemahaman dan pelaksanaan pekerjaan, pergaulan, dan lain-lain, sampai pada pola yang dijalaninya bersama keluarga dan lingkungan sekitar. Stressor fisik, psikis, maupun psikososial merupakan hal kompleks bagi seorang karyawan. Oleh karena itu, pemahaman dan penanganannya juga harus dilakukan secara proporsional, baik secara individu maupun kelembagaan.


Tentang Stressor Fisik, Psikis, dan Psikososial
Ainul Hamam dalam penelitiannya mengatakan bahwa satu hal yang seringkali luput dari perhatian pihak manajemen dalam program K3 adalah pengaruh faktor psikososial di lingkungan kerja, selain faktor fisik yang sudah menjadi titik perhatian selama ini. Akhir-akhir ini terdapat kecenderungan peningkatan perhatian terhadap perbedaan pengaruh stressor fisik, psikis, dan psikosial di lingkungan kerja.
Kebutuhan fisik yang terus-menerus meningkat akibat tingginya beban kerja dan kurangnya waktu yang tersedia menyebabkan karyawan mengalami kesulitan dalam menjaga kecepatan dan performansi kerjanya pada taraf optimal. Hal ini menimbulkan beban mental dan kebutuhan psikologis pekerjaan (
www.digilib.itb.ac.id).
Seperti umumnya kompleksitas sebuah masalah, stressor yang terjadi pada diri seorang karyawan juga sama. Oleh karena terjadinya interaksi yang kompleks, maka antara stressor fisik, psikis, psikososial akan bersifat saling mempengaruhi (bersifat timbal balik).
Secara sederhana stressor dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang menjadikan beban atau tekanan bagi individu yang berasal dari sesuatu yang secara fisik tampak (lingkungan) maupun yang tidak tampak (secara psikis). Akibat sterssor fisik, misalnya sakit pusing-pusing, stroke, dan lain-lain. Stressor psikis menghasilkan hambatan secara kejiwaan sehingga seseorang menjadi bermasalah. Sedangkan, stressor psikososial adalah terhambatnya seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya, bisa karena minder, under estimed, tidak percaya diri (merasa harga dirinya rendah), tidak mampu berbicara atau membuat keputusan, dan sejenisnya.
Baik stressor fisik, psikis, maupun psikososial, selain oleh lingkungan kerja, juga terjadi karena terhambatnya kemampuan pribadi dalam menyelesaikan semua masalah yang terjadi pada dirinya, keluarga, maupun lingkungan sosial. Jika hal-hal seperti itu menimpa seorang karyawan, maka dia akan terhambat untuk bekerja secara efektif, produktif, dan optimal yang akan merugikan perusahaan. Apalagi, seringkali apa yang dialami seorang karyawan juga akan mengganggu (terpaksa atau tidak) karyawan lainnya dalam bekerja, salah satunya karena karyawan yang lain akan menggantikan tugasnya, akan membantu menyelesaikan masalahnya, dan lain-lain.

Bagaimanakah Konsep Membangun Kesadaran Pentingnya K3 dari Rumah?
Sesuatu yang familiar biasanya menjadi sesuatu atau rutinitas yang biasa. Sesuatu yang penting pun akan terasa menjadi biasa. Oleh karena itu, mereview kembali kebiasaan-kebiasaan kita untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak didinginkan tentu sebuah tindakan bijaksana.
Berikut beberapa konsep sederhana sebagai pengingat buat kita.
1. Memelihara sanitasi lingkungan
Berawal dari lingkungan keluarga yang bersih dan sehat, maka ketenangan dan kenyamanan akan mengalir segar dalam pikiran kita. Kesegaran seperti itu akan memacu adrenaline untuk tetap semangat dalam bekerja. Jika keadaan sebaliknya yang terjadi di lingkungan kita, maka sebagian waktu dan pikiran kita akan tersita. Kenyamanan pun tidak bisa dirasakan. Perlu dicatat bahwa yang tampak bersih belum tentu sehat atau terbebas dari kuman, bakteri, atau bibit penyakit lainnya. Contohnya, lingkungan taman rumah yang asri dengan warna-warni dan pot bunga yang indah, ternyata tak jarang menyimpan jentik-jentik nyamuk. Sudah banyak kasus, anak-anak atau keluarga kita terkena demam berdarah, padahal lingkungan rumah kita tampak bersih.
2. Menyiapkan waktu yang cukup untuk beristirahat
Rutinitas kerja yang terjadwal tidak bisa ditawar-tawar lagi. Oleh karena itu menyiapkan diri dengan istirahat yang cukup adalah hal mutlak. Memilah dan memilih aktivitas-aktivitas yang bersifat prioritas harus dilakukan. Sebagian besar karyawan sudah mampu melakukannya, tetapi sebagian masih belum dapat menentukan skala prioritas.
3. Menjadwal dan menyiapkan peralatan/kebutuhan kerja dengan baik
Persiapan secara maksimal akan berpengaruh positif untuk ketenangan kerja. Tentu kita pernah mengalami, ketika limit waktu sudah sampai, sedangkan ada sesuatu yang belum disiapkan, pasti kita akan menjadi panic dan gugup. Stressor psikis (ringan) pun terjadi.
4. Mengerjakan tugas sesuai dengan waktu dan prosedur (menganalisis dan mencari solusi jika terjadi hambatan)
Seringkali harus ada tugas yang harus kita bawa pulang, jangan tunda untuk dikerjakan karena ketika menumpuk maka kita menjadi stress. Begitu juga dengan tugas di kantor, jangan biasakan menunda meskipun masih ada kelonggaran waktu.
5. Tepat waktu
Tepat waktu dalam bekerja maupun menyelesaikan pekerjaan harus dibudayakan. Bayangkan, ketika terburu-buru, maka seseorang cenderung mengejar ketertinggalannya dengan melakukan segala sesuatu secara terburu-buru atau mengebut di jalanan. Akibatnya, dia celaka sebelum bekerja. Atau andaipun sampai di tempat kerja, stress psikosoial pun terjadi. Kita merasa malu dengan karyawan yang lain. Belum lagi kalu mendapat teguran dari atasan. Akhirnya, kita bekerja dalam kondisi tegang dan tidak nyaman.
6. Meminimalkan munculnya konflik, baik di rumah maupun di tempat kerja
Konflik adalah hal alamiah yang terjadi pada setiap orang. Yang membedakan adalah kemampuan mengatasi konflik. Oleh karena itu, meminimalkan masalah harus menjadi komitmen. Seringkali kasus rumah tangga menjadi penghambat terlaksananya sebuah pekerjaan.
7. Memeriksa kesehatan secara berkala
Jangan tak acuh terhadap kesehatan kita. Yang kita rasa biasa-biasa saja, belum
tentu keadaan yang sama juga ada dalam tubuh kita jika diperiksa secara teliti.
Jangan-jangan terdapat bibit penyakit yang bersarang di tubuh kita.
8. Menjaga kebersihan, kesehatan, dan keamanan lingkungan kerja
9. Selalu meningkatkan komitmen/kepedulian K3 tidak hanya secara pribadi, tetapi juga kepada komunitas kerja, bahkan kepada skala yang lebih luas, yaitu masyarakat sekitar.
10. Jika Anda menjadi bagian dari pimpinan puncak (top management), berikanlah panutan dan komitmen positif kepada bawahan.
Jika konsep-konsep sederhana tersebut dilakukan oleh setiap karyawan maka, maka praktik K3 yang ideal akan dapat diwujudkan karena konsep tersebut akan bersinergi dengan konsep-konsep besar yang selama ini telah menjadi program atau komitmen perusahaan.
Filosofi dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia berikut layak kita simak. Bekerja merupakan salah satu kegiatan utama bagi setiap orang atau masyarakat untuk mempertahanakan hidup dan kehidupannya. Agar dapat bekerja dengan baik, setiap orang memerlukan dukungan kemampuan kerja, seperti tenaga yang diperoleh dari gizi yang baik, dan kondisi lingkungan kerja. Pada hakekatnya, agar seseorang atau sekelompok pekerja dapat bekerja secara sehat diperlukan upaya untuk menyerasikan ketiga kemampuan utama, yaitu kapasitas kerja, beban kerja, dan lingkungan kerja. WHO menentapkan bahwa tatanan yang universal untuk pembudayaan hidup sehat adalah keluarga, institusi pendidikan, dan tempat kerja (
www.depkes.go.id).

*) Penulis adalah Karyawan Yayasan Pupuk Kaltim
Bertugas di SMP YPK

*) Juara 1 Lomba Penulisan Artikel K3 PT PKT, tahun 2007

*) Dimuat juga di Media PT PKT, Agustus 2007

Referensi
www.binaprima.com. Bina Prima: Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

www.depkes.go.id. Pusat Kesehatan Kerja (Puskeja). Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

www.digilib.itb.ac.id. Identifikasi dan Analisis stressor fisik dan Psikososial di Lingkungan Kerja Kantor untuk Merancang Sistem Partisipasi Karyawan dalam K3 (Studi Kasus di Conoco Philips Indonesia Inc. Ltd.) oleh Ainul Hamam.

www.pemda-diy.go.id. Kesadaran Pengusaha membentuk P2K3 Masih Kurang.

www.pupukkaltim.com. K3 dan Lingkungan Hidup.

www.republika.co.id. Sepatutnya Setiap Perusahaan Miliki Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja.

www.wartaekonomi.com. Program K3 Belum dilaksanakan Dunia Bisnis secara Optimal oleh Mochamad Ade Maulidin.