Kamis, 29 Mei 2008

Ironis: Penganiayaan Ipda Henrico Manurung oleh Pendemo

Melihat aksi demo BBM akhir-akhir ini, umumnya oleh mahasiswa, jadi miris. Anarkisme terjadi dimana-mana. Padahal, niatnya baik, tapi lama-kelamaan menjadi kontraproduktif, kurang simpatik. Meski tidak keseluruhan, tetapi melihat berbagai bentrokan di televisi, kok jadinya seperti itu ya. Menyedihkan! Menakutkan buat orang sekitar. Niatnya adalah memperjuangkan nasib rakyat, tetapi dalam waktu bersamaan juga menghambat masyarakat karena jalan diblokir, bakar ban, lempar batu, bentrok dengan polisi. Sampai kapan? Please dong, ayo, ayo, baik polisi maupun mahasiswa, sama-sama bertindak lebih wise dan berwawasan terhadap kepentingan dan keselmatan bersama.

Saya kaget dan merasa prihatin tatkala pada Selasa, 27 Mei malam yang lalu, seorang polisi bernama Ipda Henrico Manurung oleh beberapa oknum (entah mahasiswa tau bukan) ketika terjadi demo di depan Universitas Mooestopo (Beragama) Jakarta. Polisi berumur 56 tahun, kakek dari 9 cucu, dan empat anak ini menderita luka di wajah dan punggung akibat dianiaya. Dalam tayangan yang diliput stasiun tv, polisi tersebut ditendangi dengan cukup keras.

Pria yang sudah 37 tahun mengabdi di kepolisian ini mengaku masih trauma atas kasus yang menimpanya. Menurutnya, sekitar pukul 19.00 dirinya mendapat kabar dari HT kalau demo di kampus Universitas Moestopo telah usai. Sebagai Kanit Patroli Polsek Kebayoran Baru ia merasa bertanggung jawab untuk mengawasi demo yang terletak di perbatasan antara Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan.

Dengan mengendarai motor Yamaha Nouvo B 6699 SMF, Henrico pun memantau demo dengan melintasi Jalan Hang Lekir Raya. Rupanya demo penolakan kenaikan BBM yang dilakukan mahasiswa masih berlangsung. Saat menuntut motornya, sekelompok mahasiswa melihat Henrico. Sekejap terdengar teriakan, “Itu polisi. Ayo tangkap, pukul,” teriak mahasiswa seperti dikatakan Henrico. Akhirnya, sang polisi dianiaya.

Semoga sang pelaku segera teridentifikasi dan mendapat tindakan sesuai dengan apa yang dilakukannya. Semoga pula tindakan-tindakan serupa tidak terulang lagi.

Hal-hal lain yang seharusnya tidak dilakuakan oleh pendemo adalah merusak fasilitas umum, membakar ban, aski lempar-lemparan, perkelahian, dan sejenisnya. Selain merugikan lingkungan, masyarakat, pastinya merugikan diri sendiri.

Pertikaian antara polisi dan pendemo akhirnya menjadi santapan utama, menu utama, berita aktual, mengalahkan sebstansi yang didemokan, yaitu tentang harga BBM. Kita berharap anarkisme di berbagai daerah tidak semakin parah. Kasihan, baik mahasiswa maupun polisi yang bertugas akhirnya pulang dengan babak belur. Siapa yang merugi? Siapa yang tersakiti? Keluarga menangisi.

Rabu, 28 Mei 2008

Perspektif Wimar: Rano Karno Melangkah Karena Kompeten



Pagi ini, Kamis, 29 Mei 2008, kembali saya ikuti sebuah program yang cukup lumayan menyemarakkan pagi-pagi saya, Perspektif Wimar di ANTV. Saya bilang lumayan karena tamu-tamu yang dihadirkan cukup bagus. Selain itu, tentang Wimar yang menjadi host utama acara ini, tentu Anda sudah paham bahwa dia salah satu sosok yang kritis. Semakin semarak karena co-host yang tampil pagi ini adalah si cerewet yang kenes, Melissa Karim. Sekadar diketahui, selain Melissa, co-host acara tersebut yang tampil bergantian adalah Chaty Sharon dan Meisya Siregar.

Sejak semula, meski Rano tidak besar di jalur politik, saya menilai kehadirannya di dunia kepemerintahan bukan sekadar numpang lewat. Pengalaman hidup sebagai parktisi seni budaya, terutama di dunia hiburan, mulai dari menjadi aktor, penulis skenario, sutradara, produser, penyanyi, bintang iklan, dan sederet profesi yang berhubungan dengan dunia keartisannya yang telah dirintis sejak masih imoet sampai saat ini telah memberikan tempaan yang hidup yang mendalam. Tidak sekadar menjadi bagian dari yang diarahkan (aktor), tetapi dia juga menjadi pengarah (sutradara) sekaligus pengelola manajemen di bidangnya yang bisa dibilang sangat berhasil. Terlebih, sepanjang kariernya, jarang sekali kalau tidak bisa dibilang tidak pernah tersandung kasus-kasus berarti.

Pengalaman hidup itu pula yang membuat Rano layak dicalonkan atau mencalonkan diri sebagai calon pemimpin. Dan, terbukti, setelah tidak jadi maju pada penacalonan dalam Pilkada Jakarta, Rano sukses terpilih menjadi wawali Tanggerang. Saya yakin dia terpilih tidak sekadar populer, tetapi seperti yang saya sebutkan di atas, yaitu karena dia kompeten.

Saat saya menonton Perspektif Wimar, saya semakin yakin, paling tidak Rano mempunyai kepedulian yang besar untuk membangun Tanggerang. Ia tidak sekadar pemanis dalam jabatan. Sebagai seorang wakil ia dipercaya untuk menggarapa bidang pariwisata-seni-budaya, lingkungan, dan kegiatan kepemudaan. Dalam dialog interaktif yang digawangi Wimar tersebut tampak sekali Rano Karno sosok yang mampu, mau belajar, dan peduli. Menurut saya, seharusnya dia menduduki level tingkat provinsi, bukan daerah tingkat 2.

Saya menulis tentang Rano Karno sebagai ungkapan persetujuan bahwa artis pun layak menduduki jabatan. Jika kemudian saya sebutkan kelebihannya, biar bisa mejadi cermin bagi artis lainnya. Jangan sampai seorang artis yang tidak kompeten siap dicalonkan atau mencalonan diri. Begitu juga dengan parpol, jangan asal terkenal, kemudian dicalonkan sebagaai pemancing untuk mengeruk suara. Nggak etislah. Soal pemimpin bukan arena coba-coba.

Beberapa hari terakhir pencalonan artis dalam Pilkada semakin marak. Mungkin mereka tergiur dengan kesuksesan Rano Karno dan Dede Yusuf. Sebut saja, Helmy Yahya, Saiful Jami, Happy Salma, Ulfa Dwiyanti, Wandah Hamidah, Miing Bagito, Pasha Ungu, Delia Citra (penyanyi dangdut), dan siapa lagi yang menyusul..?? Umumnya mereka dicalonkan, kecuali Miing. Dia mencalonkan diri sebagai wakil walikota serang dari calon independen. Beberapa calon di antaranya telah menyatakan ketidakbersediannya, yaitu Happy Salma, Ulfa, dan Pasha. Umumnya, mereka merasa belum pantas atau mampu menduduki jabatan seperti itu.

Di antara yang siap, Miing pasti karena mencalonkan sendiri, Helmy Yahya, Wandah Hamidah, Saiful Jamil, dan Delia Citra. Yang paling siap dan sering sudah memploklamirkan diri di berbagai acara TV, terutama infotainment adalah Saiful Jamil. Padahal, menurut saya, Saiful kurang kompeten untuk dicalonkan. Yang layak dicalonkan adalah Helmy Yahya, terbukti dia smart dan berwawasan. Kemudian, Wandah Hamidah yang telah hampir sepuluh tahun ikut terjun secara langsung di dunia perpolitikan. Meski ikut politik belum tentu jaminan, setidaknya untuk kalangan artis Wandah termasuk yang komit menekuni dunia politik. Sedikit banyak, pasti dia telah memakan asam garamnya dunia pelik tersebut.

Tentang Saiful Jamil terus terang saya meragukan. Kita lihat saja, dalam skala kecil, yaitu rumah tangga, bagaimana dia menyikapi perselisihannya dengan Dewi Persik yang diakhiri dengan perceraian. Bukan berarti orang cerai layak dikasih stempel buruk dijidatnya, sama sekali bukan. Akan tetapi, bagaimana cara Saiful bersikap, bertindak, dan berbicara (membuat statement) di berbagai infotainment setidaknya adalah cermin bagaimana sebenarnya kedewasaan dan kompetensi yang bersangkutan dalam menyikapi persoalan. Itu baru urusan kecil, urusan keluarga, lalu bagaimana dia bersikap ketika dia akan dihadapkan berbagai persoalan yang jumlahnya puluhan ribu dan menyakngkut kebrlangsungan hidup mereka? Sanggupkah ia? Perlu berpikir bijak lagi untuk semua orang yang dicalonkan maupun parpol yang mencalonkan.

Sukses buat Rano Karno.

Selasa, 27 Mei 2008

Dela Tereliminasi, Bukti Pemilih Indonesian Idol Tidak Objektif


Menonton dan mengamati reality show di Indonesia sering membuat kita (penonton) kecewa. Tak terkecuali pada penonton sekelas Indonesian Idol. Del, kontestan asal Jakarta, yang sejak awal dinilai banyak pihak, ternmasuk juri, kemampuan menyanyi maupun performancennya sangat menonjol, bahkan banyak diprediksi akan masuk tiga besar dan berpeluang menjadi II-2008, ternyata harus keluar.

Kejadian yang mengecewakan tersebut terjadi pada Jumat (24/5/2008) di babak Spektakuler kedua. Malam itu, beberapa penyanyi tampil dengan tidak maskimal. Dewan juri juga memberi apresiasi yang tinggi kepada Della, tapi nyatanya??

Sepuluh finalis yang akan bertanding di spekta, Jumat 30 Mei 2008 adalah Richo (Medan), Tifany (Malang), Andy (manado), patudu (Tegal), Ibeth (Bandung), Gisel (Surabaya), beto (Ambon), Aji (Jogjakarta), Aris (Jakarta) dan Dyna (Palembang).

Ayo, penonton Indonesia, lebih objektif dalam menentukan pilihan. Hal kecil seperti ini juga merupakan cermin kedewasaan dalam menentukan sikap keseharian. Andai penonton objektif, kita berharapa perhelatan grandfinal II-2008 nanti bisa heboh seperti American Idol 2008. Kedua finalis yang tampil di ajang tersebut benar-benar hebat dan layak menjadi dua besar. Bahkan, Simon kali ini tak peduli siapa yang menang karena antara David Cook dan David Archuleta sama-sama luar biasa. Dan, ketika salah satunya, David Cook, dinobatkan sebagai pemenang, kita sebagai penonton merasa puas. Apa pasal? Pilihan sekitar 12 juta orang jatuh kepada orang yang tepat, baik secara kualitas vokal, musikal, maupun performa di panggung.

Ayo pilih yang benar, jangan sampai kontestan yang berkulaitas hengkang, sementara yang amatiran terus bertahan. Menyedihkan! Setelah Dela, siapa kontestan berkualitas yang berikutnya akan terhenti?? "Ujan bejtek....! Please dong!"

Rabu, 21 Mei 2008

Artis Latah Jadi Pejabat

Apa ya kira-kira yang nggak bikin latah orang Indonesia, terutama bagi para selebritis dan dunia hiburan Indonesia (penyanyi, sutradara, bintang film, stasiun TV, dan saudara-saudaranya)?

Ngomongin penyanyi atau band, saat ini bejibun jumlahnya. Khusus band, semakin hari semakin menjamur. Namanya pun aneh-aneh. Sebenarnya asyik juga buat kita sebagai pencinta musik. Kehadiran mereka bisa menjadi alternatif. Tetapi, lihat, berapa banyak yang mengusung karakter yang kurang lebih sama. Mulai dari cara tampil, fashion, karakter suara, maupun lagu, waduh kadang kita bingung. "Ini band yang mana lagi ya...." tanya kita dalam hati.

Tentang film, nggak usah dibahas lagi. Latah banget malah! Mulai dari gendruwo-gendruwoan, cinta-cintaan, sekarang latah komedi berbau sex.

Fashion? Nggak beda kalee... Bahkan, orang Indonesia termasuk yang paling-paling gampang beradaptasi, nggak peduli pantes apa tidak. Lihat aja sendiri....Nggak perlu diijelasin lagi bukan?

Nah....sekarang latahnya semakin parah...! Sukses beberapa seleb di pentas politik, terutama dalam pertarungan Pilkada, yaitu Rano Karno dan Dede Yusuf, lalu beberapa artis lain begitu pedenya menjadi calon pemimpin daerah. Beberapa parpol juga terlibat dalam budaya latah untuk mengusung mereka menjadi calon pemimpin, baik bupati, walikota, maupun gubernur. Waduh, waduh, apalagi ini..............!

Kalau Rano Karno terlihat lumayan matang karena pengalaman hidupnya sehingga tak begitu dibahas kompetensinya ketika dicalonkan, meski tak mengawali karier dari dunia politik; Dede Yusuf yang akhirnya sukses menjadi wakil gubernur Jawa Barat setelah terlebih dulu berkarier di dunia politik meski belum lama sepertinya juga diterima tanpa polemik; lalu tiba-tiba muncul nama baru menyusul "SAIFUL JAMIL" yang akan menjadi calon wakil walikota Serang Banten, latah apalagi ini???

Duda Dewi Persik yang sukses dan besar di infotainment itu dengan pedenya bersedia dicalonkan. Meski ada yang mencalonkan, semestinya orang-orang seperti Saiful Jamil mengukur diri, kira-kira layak dan mampu tidak. Kalau tidak, seharusnya dengan lantang bilang tidak sanggup karena sebenarnya, saya yakin, di Serang masih banyak orang-orang yang berkompeten untuk itu. Jangan sekadar menjadi kendaraan politik bagi kesuksesan parpol-parpol tertentu.

Dan, hari ini saya lihat lagi di infotainment, penyanyi dangdut, Della Citra juga bersedia dicalonkan sebagai wakil dalam Pilkada di daerah Pandegelang kalau nggak salah....

Latah, bolehlah. Tapi jangan latah untuk hal-hal yang menyangkut urusan rakyat banyaklah...
Bukannya artis nggak boleh menjadi calon atau berkiprah di dunia kepemimpinan, tapi ya yang berkualitaslah, jangan asal...

Minggu, 18 Mei 2008

Compang-Campingnya Busana Artis

Waduh....! Ngomongin trend fashion yang sedang menjangkiti masyarakat, terutama para artis selaku public figur yang menjadi trendsetter, bikin masyarakat menjadi tak habis pikir, geleng-geleng kepala sambil mata melotot nanar. Bergidik! Ngeri! Begitu dahsyatnya rasa malu terkikis, bahkan serasa benar-benar pudar urat malunya alias sudah nggak punya ke"malu"an.

Mereka sangat bangga dan mengagungkan kata artistik, fashionable, modern, dibalik busana yang compang-camping. Busana yang membuka sebagain besar wilayah bawah (kaki dan paha), wilayah tengah (perut memutar--yang kadang juga berselulit--, pusar, punggung, ketiak--yang tak jarang juga menghitam--menjijikkan--), dan bagian atas (muka yang dimake up tebal, ekspresi yang dibuat nakal, mata mengerling, bibir dimonyong-monyongin dan dibuat sebisanya agar terlihat menggairahkan).

Lalu, jika masyarakat mencoba mempertanyakan atau komplain, dengan entengnya mereka menjawab dengan sederet kata basi kalau nggak bisa dibilang primitif, "Ini kan sesuai dengan tuntutan zaman", "Yang kayak gini kan fashionable", "Ini kan sesuai peran yang kubawakan", dan sederet jawaban-jawaban lain yang nggak bermutu karena sudah basi.

Mereka berpikir, baju dengan V area pada leher dan memperlihatkan belahan dada atau rok mini yang mengumbar paha dapat mengangkat suara seorang penyanyi menjadi terdengar indah. Atau, kalau dia seorang bintang film, dikiranya hal itu akan menutup aktingnya yang nggak bermutu. Atau, mereka mengira bahwa penonton menginginkannya............

Waduh, pusing deh! Mereka nggak mikir kale.... Ntar disambung deh. Kok jd nggak mood gini ya nginget kelakuan mereka....
Trus, menurutku, infotainment jangan banyak eskpos artis2 yang gmn gt...kayak dewi Persik... bosan nglihatnya.

Jumat, 16 Mei 2008

Lomba Keberhasilan Guru dalam Pembelajaran Tahun 2008

Ini kabar bagus buat teman-teman guru yang sudah menunggu-nunggu LKG 2008. Sealamat mencoba, semoga berahasil. Amin!


DIREKTORAT PROFESI PENDIDIK
DIREKTORAT JENDERAL
PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
DIREKTORAT PROFESI PENDIDIK

LOMBA KEBERHASILAN GURU DALAM PEMBELAJARAN
TINGKAT NASIONAL TAHUN 2008

Departemen Pendidikan Nasional berusaha secara kontinyu meningkatkan kemampuan profesional guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Salah satu kegiatannya adalah menyelenggarakan “Lomba Keberhasilan Guru dalam Pembelajaran Tingkat Nasional.” Keberhasilan guru dalam pembelajaran tercermin dari hasil penelitian, penelitian tindakan kelas (PTK), kajian, atau evaluasi khususnya di bidang penyusunan program, penyajian program, penilaian proses, dan hasil pembelajaran.

  1. TEMA
    “Melalui lomba keberhasilan guru dalam pembelajaran kita tingkatkan profesionalitas guru sebagai agen pembelajaran yang kreatif dan inovatif untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu”.
  2. TUJUAN
    1. Memotivasi guru untuk lebih berkreasi dan berinovasi dalam menyusun, menyajikan, serta menilai proses dan hasil pembelajaran.
    2. Mendorong guru untuk selalu meningkatkan kemampuan meneliti, mengkaji, mengevaluasi, mengembangkan kreatifitas, dan inovasi untuk menghasilkan pembelajaran yang bermutu.
    3. Menanamkan budaya, minat, bakat dan kebiasaan untuk pengembangan hasil kegiatan pengembangan profesi baik lisan maupun tulisan secara baik dan benar.
    4. Menyebarluaskan berbagai pengalaman guru yang berhasil meningkatkan mutu pembelajaran, sehingga dapat dimanfaatkan dan dijadikan referensi bagi guru lainnya.
  3. LINGKUP LOMBA
    Lingkup kegiatan yang dilombakan dalam Lomba Keberhasilan Guru dalam Pembelajaran Tingkat Nasional Tahun 2008, adalah
    1. Kegiatan penyusunan program, penyajian program dan penilaian hasil pembelajaran atau bimbingan yang berdampak kepada meningkatnya prestasi belajar peserta didik.
    2. Peningkatan proses dan hasil belajar peserta didik yang tercermin pada meningkatnya efektivitas dan efisiensi proses belajar peserta didik dengan indikator meningkatnya minat dan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran yang dipelajarinya sesuai dengan tujuan pembelajaran atau bimbingan yang telah ditetapkan. Hasil belajar tersebut dapat diukur melalui skor perolehan belajar, skor sikap, dan berbagai skor pengukuran lain yang tingkat kepercayaannya telah diuji.
    3. Berupa hasil penelitian, penelitian tindakan kelas, kajian, atau evaluasi dengan pendekatan, dengan menggunakan pendekatan kuantitatif atau kualitatif.
  4. KERANGKA ISI
    Abstrak : ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris antara 200 – 300 kata.
    1. Bagian awal
      1. Halaman judul
        1. Judul singkat, jelas, relevan dengan isi tulisan, dan diketik dengan huruf kapital.
        2. Nama penulis.
        3. Kedudukan guru yang menyatakan keberadaannya pada satuan pendidikan TK/SD/SMP/SMA/ SMK/SLB dan mata pelajaran atau bimbingan dan konseling yang menjadi bidang tugasnya.
        4. Tanggal penulisan.
      2. Halaman pengesahan/persetujuan kepala sekolah
        Lembaran tersebut menyatakan pengesahan atau persetujuan kepala sekolah dengan bukti tanda tangan, nama, NIP/NIGB/NIY (kalau ada) dan stempel sekolah yang bersangkutan.
      3. Kata Pengantar
      4. Daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan daftar lampiran bila ada
      5. Abstraksi
    2. Bagian inti pembahasan
      1. Pendahuluan
        Pendahuluan berisi atau mengungkapkan antara lain hal-hal sebagai berikut :
        1. Latar belakang
          • Menggambarkan bahwa topik atau fokus permasalahan menarik dan relevan dengan upaya peningkatan mutu pembelajaran/ bimbingan dan konseling.
          • Menunjukkan bahwa topik atau fokus permasalahan tersebut bersifat spesifik, asli, dan belum pernah disajikan secara tertulis sebagai karya lomba keberhasilan pembelajaran/ bimbingan dan konseling.
        2. Rumusan masalah atau pertanyaan penelitian, kajian, atau evaluasi yang menggambarkan ruang lingkup atau pembatasan kegiatan pembelajaran/ bimbingan yang dilakukan sesuai dengan topik atau fokus permasalahan.
        3. Tujuan dan manfaat penelitian, kajian, atau evaluasi yang dilakukan. Rumuskan secara rinci tujuan dan manfaat kegiatan penelitian, kajian, atau evaluasi yang dilakukan.
        4. Definisi konsep, definisi operasional, dan/atau kajian teoritis yang relevan.
      2. Metodologi penelitian atau prosedur pembelajaran.
        1. Metode penelitian atau prosedur pembelajaran/ bimbingan. Jelaskan secara rinci prosedur penelitian, penelitian tindakan kelas, kajian, atau evaluasi pembelajaran/bimbingan yang dilakukan.
        2. Subjek penelitian, kajian, atau evaluasi. Jelaskan secara rinci pada kelas berapa kegiatan pembelajaran/bimbingan dilakukan, berapa banyak dan bagaimana karakteristik siswanya.
        3. Teknik pengumpulan data. Jelaskan teknik pengumpulan data, seperti dengan tes, observasi, data sekunder, dan sebagainya.
        4. Validasi instrumen penelitian, kajian, atau evaluasi. Jelaskan bagaimana instrumen itu divalidasi, seperti uji validitas, validasi sejawat, atau menggunakan instrumen yang terstandar.
        5. Teknik analisis data. Jelaskan teknik analisis data, baik kuantitatif maupun kualitatif.
      3. Laporan hasil penelitian atau kegiatan pembelajaran
        1. Hasil penelitian kegiatan pembelajaran
        2. Analisis hasil penelitian kegiatan pembelajaran
      4. Kesimpulan dan saran-saran
        1. Kesimpulan utama yang dapat diambil dari kegiatan pembelajaran/bimbingan
        2. Saran-saran yang ditujukan baik kepada teman sejawat, pengelola pendidikan atau berbagai pihak lain yang relevan.
    3. Bagian Akhir
      1. Daftar pustaka
      2. Lampiran data-data yang diperlukan untuk menunjang kebenaran laporan kegiatan, misalnya: data hasil belajar, instrumen pengukuran yang digunakan program pembelajaran atau proses bimbingan dan konseling dan lain-lain.
      3. Setiap karya tulis ilmiah supaya dilampirkan biodata peserta yang disahkan oleh kepala sekolah (contoh terlampir).
  5. KETENTUAN LOMBA
    1. Lomba bersifat perseorangan.
    2. Naskah lomba berupa hasil penelitian, penelitian tindakan kelas, kajian, atau evaluasi yang dilakukan secara ilmiah.
    3. Peserta lomba hanya diperbolehkan mengirimkan satu karya tulis ilmiah yang sesuai dengan bidang tugas yang menjadi tanggungjawabnya (bila mengirimkan lebih dari satu, karya tulis ilmiah dinyatakan gugur).
    4. Surat pernyataan penulis, bahwa naskah lomba tersebut asli hasil karya sendiri, bukan plagiat/jiplakan, dan belum pernah dinilai pada lomba sejenis, baik di dalam maupun di luar Departemen Pendidikan Nasional yang diketahui oleh kepala sekolah.
    5. Jumlah halaman sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) halaman kertas berukuran A4, tidak termasuk bagian awal dan lampiran-lampiran.
    6. Diketik 2 (dua) spasi dengan menggunakan Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris yang baik dan benar.
    7. Naskah lomba dijilid dan diberi sampul dengan ketentuan:
      1. Warna hijau untuk guru TK;
      2. Warna merah untuk guru SD;
      3. Warna biru untuk guru SMP;
      4. Warna abu-abu muda untuk guru SMA;
      5. Warna kuning untuk guru SMK; dan
      6. Warna ungu untuk guru SLB
  6. ASPEK YANG DINILAI
    1. Keaslian atau orisinalitas hasil karya lomba yang dibuat oleh guru yang bersangkutan, bukan jiplakan karya orang lain.
    2. Bersifat inovatif, spesifik dan sesuai dengan karakteristik mata pelajaran, latar belakang siswa serta situasi/kondisi tempat guru bertugas.
    3. Naskah ditulis sesuai dengan kerangka penulisan hasil laporan penelitian.
    4. Hasil pembelajaran atau kebermanfaatannya dalam meningkatkan mutu pendidikan.
  7. PERSYARATAN PESERTA
    1. Peserta lomba adalah
      1. Guru Taman Kanak-kanak (TK)
      2. Guru Sekolah Dasar (SD) untuk guru kelas dan guru mata pelajaran
      3. Guru Sekolah Menengah Pertama (SMP), Guru Sekolah Menengah Atas (SMA), Guru Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) untuk semua mata pelajaran.
      4. Guru Sekolah Luar Biasa (SLB) untuk guru kelas dan guru mata pelajaran.
      5. Guru pembimbing atau guru bimbingan dan konseling
    2. Masih aktif mengajar pada sekolah negeri atau sekolah swasta di bawah pembinaan Departemen Pendidikan Nasional, baik guru PNS maupun guru bukan PNS
    3. Mempunyai masa kerja sebagai guru sekurang-kurangnya 4 (empat) tahun dibuktikan dengan SK pengangkatan/penugasan pertama sebagai guru.
    4. Bagi yang pernah 2 (dua) kali menjadi pemenang Lomba Keberhasilan Guru dalam Pembelajaran Tingkat Nasional baik Pemenang I, Pemenang II, maupun Pemenang III dapat mengikuti lomba ini setelah 5 (lima) tahun atau lebih dihitung dari kemenangannya yang terakhir.
  8. WAKTU PELAKSANAAN
    1. Penerimaan naskah lomba dimulai sejak tanggal 2 Mei 2008 dan paling lambat tanggal 30 September 2008 (cap pos).
    2. Karya lomba asli sebanyak 1 (satu) eksemplar dikirim kepada :

“Panitia Lomba Keberhasilan Guru Dalam Pembelajaran Tingkat Nasional”
Direktorat Profesi Pendidik
Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Departemen Pendidikan Nasional
Up. Subdit Penghargaan dan Perlindungan
Gedung D Lantai 14 Jl. Jenderal Sudirman Pintu I Senayan, Jakarta Pusat
Telp. (021) 57974123

  1. PENGHARGAAN BAGI PEMENANG
    Bagi pemenang lomba disediakan hadiah berupa uang dengan total nilai sebesar Rp. 1.050.000.000,- (Satu milyar lima puluh juta rupiah) dan piagam dari Menteri Pendidikan Nasional.
  2. KETENTUAN LAIN
    1. Pada pojok kiri atas sampul pengiriman ditulis “GURU YANG PROFESIONAL DAN BERMARTABAT”.
    2. Finalis Lomba akan dipanggil ke Jakarta untuk mengikuti seleksi penentuan pemenang lomba tingkat nasional pada bulan November 2008. Kegiatan ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam rangka peringatan Hari Guru Nasional tahun 2008.
    3. Naskah yang masuk menjadi milik Panitia dan hak penerbitan naskah berada pada Direktorat Profesi Pendidik, Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Departemen Pendidikan Nasional.
    4. Keputusan panitia bersifat final
  3. BIODATA

BIODATA PESERTA LOMBA KEBERHASILAN GURU
DALAM PEMBELAJARAN TINGKAT NASIONAL TAHUN 2008

Foto 3 x 4

1.

Nama

2.

NIP/NIGB/NIY *)

3.

Jabatan

4.

Pangkat/gol. Ruang

5.

Tempat dan tanggal lahir

6.

Jenis kelamin

7.

Agama

8.

Mata Pelajaran yang diajarkan

9.

Masa kerja guru **)

10.

Judul naskah lomba

11.

Pendidikan terakhir

12.

Fakultas/jurusan

13.

Status perkawinan

Kawin/belum kawin ***)

14.

Sekolah

1. Nama sekolah

2. Jalan

3. Kelurahan/ Desa

4. Kecamatan

5. Kabupaten

6. Propinsi

7. Kode pos

8. Telepon

15.

Alamat rumah

9. Jalan

10. Kelurahan/ Desa

11. Kecamatan

12. Kabupaten

13. Propinsi

14. Kode pos

15. Telepon

16. No. Hp

16.

Prestasi dan Keberhasilan yang pernah dicapai ****)

17.

18.

19.

20.

17.

Lomba Keberhasilan Guru yang pernah diikuti

Berapa kali… dan juara ke berapa…

……………, 2008

Mengetahui:

Kepala Sekolah,

Peserta Lomba,

…………………..

…………………..

NIP

NIP

*) Dapat ditulis bagi yang memiliki
**) SK CPNS/Surat Pengangkatan menjadi guru dari yayasan dan SK terakhir
***) Coret salah satu
****) Dapat ditulis di kertas tersendiri

Jumat, 09 Mei 2008

Finalis Indonesian Idol 2008 ke Spekta





Indineisan Idol (II) 2008 yang baru saja mendapatkan 12 finalisnya dan minggu depan baru memasuki awal babak spektakuler menjadi salah satu acara wajib buat saya tonton. Sayangnya, layaknya menonton relaity-reality show berhamba pada SMS, seringkali membuat penonton kecewa. Calon idola yang kompeten tak jarang harus tersisih karena pemerolehan SMS-nya rendah. Hal ini masih menjadi bukti bahwa penonton Indonesia masih harus belajar menjadi pemilih yang objektif. Bukan karena fisik atau "jualan kesedihan" (istilah Lala, yang akhirnya tersisih juga). Lala membuat pernyataan yang hebat. Sewaktu orang tuanya yang menjadi TKI di Saudi Arabia disambungkan dengan Lala di pentas, Lala bilang, "Mi, Umi, jangan nangis. Nggak perlu nangis. Ntar dikira jualan kesedihan untuk dapat menjadi finalis Indonesian Idol!"

Oh ya, ngomongin kualitas, menurut saya para finalis 12 besar cowok rata-rata lebih bagus daripada 12 besar cewek. Seandainya bukan karena asa pemerataan 6 cowok dan 6 cewek yang maju ke babak spketa, saya lebih setuju perbandingannnya 5-7, 5 untuk cewek dan 7 untuk cowok.

Tentang kurang objetiknya penonton sebagai pemilih via SMS, akhirnya terbukti dengan terpilihnya beberapa finalis cewek yang kualitasnya "biasa-biasa" saja. Salah satu jagoan saya dengan timbre suara yang bagus dan kemampuan bermusik yang patut diacungi jempol malah tidak masuk, yakni Yuka dari Medan. Bandingkan dengan kemampuan Gissel (Sby) dan Safira (Madiun). Tentu kita sepakat, Yuka lebih oke.

Trus, untuk finalis cowok, relatif tidak bermasalah. Meski, saya merasa kehilangan karena Indra (Yogya) akhirnya harus pulang. Padahal, karakter suaranya keren banget, good looking, dan gayanya keren meski sudah berkeluarga. Mestinya dia layak masuk spekta. Bandingkan dengan Patudu (Jateng) atau Andy (Manado), Indra nggak kalah dengan mereka. Tapi.., ya itu, SMS gara-garanya..

Oleh karena sudah terpilih 12 finalis yang bakal maju ke babak spekta, mereka harus komit untuk berikan yang terbaik.

Untuk komentator, meski subjektif karena menyuarakan opini-opini yang sifatnya pribadi, mestinya Anda tetap berempati dengan "kira-kira" opini umum apa. Sebab menjadi taidak pada tempatnya misalnya ketika Indra berkomentar pas Yuka tampil terakhir membawakan lagu berjudul Mantra milik Anggun. Kalau komentarnya sampai pada pemilihan lagu yang kurang pas, okelah, tapi kalau bilang, "Saya nggak bisa menikmati. Apalagi saya nggak suka lagunya". Ini bukan masalah suka tidak suka, tapi bagaimana seoarang penyanyi bernyanyi, terserah lagunya apa, komentator suka atau tidak.

Secara umum, untuk komentator, juga harus berusaha kretaif dan bermanfaat komentarnya, tidak sekadar "lebai" atau apalah yang cenderung biasa-biasa saja.

Menurut saya, II 2008 peluangnya ada pada Aris (Jkt) dan Della (Jkt). Semoga! Untuk Indra dan Yuka semoga kamu akan sukses melalui jalur lainnya. Saya yakin kalian bisa kalau berusaha! II bukan jalan satu-satunya.

Abdul Hakim

Banjir Kissing di Film Indonesia: "Kan Enak Ciuman dapat Duit"

Dunia perfilman Indonesia layak bersyukur karena pada dua tahun terakhir ini secara kuantitas mengalami kemajuan. Animo masyarakat untuk menonton dan mengapresiasinya juga cukup lumayan. Sayangnya, secara kulaitas, umumnya film-film yang diproduksi para sinemaker tidak begitu baik. Meski ada beberapa yang berkulaitas, tetapi jumlahnya relatif sedikit.

Persoalannya juga cenderung klasik kalau tidak bisa dikatakan "basi". Mulai dari kebiasaan "latah" alias mengekor kesuksesan film sebelumnya, tidak berkualitasnya skenario, pemilihan peran, sinematografi, dll. Oleh karena kelatahan tersebut maka terjadilah musim film bergenre tertentu. Yang paling tentu film dengan genre "syetan atau hantu yang tidak jelas" dan yang kedua genre remaja. Akhir-akhir ini, ada genre baru, meski belum booming, yaitu film bergenre komedi esek-esek.

Tentang film hantu-hantuan yang tak jarang "garing" dan cenderung aneh dan dipaksakan, tak perlu menonton, membaca dan melihat resensinya di infotainment rasanya sudah sangat membosankan. Akan tetapi, film tersebut tetap juga ada sampai sekarang, meski tidak semarak beberapa waktu yang lalu. Itu sebagai bukti bahwa memang masih ada penontonnya. Tetapi, berkurangnya film bergenre ini tentu sebagai bukti bahwa para penonton sudah bosan.

Film remaja dan komedi "esek-esek" (meski nggak yang gimana banget seh...Nama tersebut sekadar sebagai pembeda dari jenis sebelumnya, seperti film remaja pada umumnya) semakin hari semakin "panas". Adegan kissing seakan menjadi syarat wajib kehadirannya. Padahal, pa memang penonton menuntut hal itu? Menurut saya, skenario yang baik dan teknik sinematografi yang mendukung cukup memuaskan penonton. Banyak film atanpa adegan seperti itu tetapi sukses. Sebut saja film Get Married dan Ayat-Ayat Cinta sebagai contohnya.

Dan, betapa kita jadi risih melihat pernyataan para pelaku film (aktor dan aktris) yang mencoba mencari alasan agar masyarakat bisa mengerti dan menerima adegan-adegan semacam itu sebagai sebuah kewajaran, tuntutan profesionalisme, seiring kemajuan zaman dan seterusnya. Menurut saya, statemen-statemen mereka sekadar menyelamatkan diri dari penghakiman masyarakat bahwa sebenarnya hal tersebut tak seharusnya dan tak perlu dilakukan.

Anda yang sempat menonton infotainment, tentu tak perlu saya informasikan bagaimana cara Bunga Citra Lestari, Dewi Persik, dan beberapa aktor-aktris lainnya berdalih. Cenderung basi memang, "Saya berlaku profesional", "Itu tuntutan skenario", "Yang di film itu kan bukan saya", "Waduh, hal seperti itu kan sekrang ini bukan sesuatu yang gimana. Biasalah...!", dan berbagai statemen-statemen penyelamatan yang kurang logis dan mencoba mempersuasi masyarakat untuk menerima hal tersebut. Cukup kalian ajalah, jangan ngajak-ngajak masyarakat umum untuk berlaku sama.

Mending yang gentel saja, berani melakukan berani menerima plat "hitam". Lihat apa yang dikatakan Andhika, pasangan main BCL dalam film Ada Kamu, Aku Ada, dengan tertawa dia bilang, "Kan enak ciuman dapat uang!" Dan, menurut saya, itu lebih fair dan bertanggung jawab.

Ayo, maju film Indonesia. Beri pesan-pesan dan motivasi positif yang membangun untuk masyarakat yang secara moral sudah mulai ngos-ngosan ini. jangan jejali dengan adegan-adegan seronok, pakaian yang terbuka dan cenderung compang-camping seperti zaman dulu ketika masyarakat masih kesulitan secara ekonomi untuk membeli kain yang cukup untuk membuat baju yang tertutup. Malu dikit dong...!

Abdul Hakim