Minggu, 25 November 2007

Ke Samarinda Lagi...

Kalo ngomongin Samarinda seh jadi biasa karena saya dan keluarga sering mendatanginya.. Dua hari ini misalnya, Sabtu-Minggu, 24-25 November, aku bersama momi (ibunya anakku), dan anakku Efro, kembali merefresh diri dari rutinitas yang tak jarang menjenuhkan dan bikin stress. Ya, perjalanan standarlah, tapi seneng aja kalo bersama keluarga. Apalagi, kalo udah ndengerin celoteh anakku yang lucu, menggemaskan, walau tak jarang juga ngeselin, hehe...

Oh ya hobbi anakku seh macem-macem. Salah satu yang belum ditinggalin adalah bermain mobil Tamiya. Kmaren malem, dia beli satu di SCP (Ramayana), sampe di hotel dites pake baterai, eh ternyata nggak hidup. Kecian, dia kecewa. Trus, tadi siang, dia beli lagi di Lembuswana Mall (Matahari), barusan sampe rumah, jam tujuh malam, Tamiyanya dicoba, dan ternyata hidup. Aapa yang diucapkan anakku, "Ma, Ma,...syukur Ma, ternyata Tamiyanya jalan..!" ujarnya. "Bilang apa?" sambut momi. "Alhamdulillah..." jawab anakku.

Alhamdulillah, anakku belajar bersyukur dari hal-hal kecil seperti ini. Bikin hati seneng... Alhamdulillah!

Ke Bali Lagi....

Duh...ngomongin Bali emang nggak ada matinya. Keindahan Pantai Kuta yang tak pernah habis menyihirku, Tanjung Benoa yang menantangku, Danau Bedugul yang menenangkan, Tanah Lot yang rupawan, Pasar Seni Sukowati yang memang nyeni banget, dan daerah-daerah lain yang menjadi tempat wisata di Bali, begitu ngangeni. Rasanya selalu pengen dan pengen untuk datang dan datang lagi. Terutama tentang Pantai Kuta... Oh, my God! Setiap kutatap debur ombaknya, pasir lembutnya, batas pantai yang indah, terlebih tatkala kupijakkan jemari kaki di atasnya , lalu riak ombak menyentuh kaki, terasa ada yang menjalar indah... Dan, ketika tubuh ini telah mencebur dan berenang basah, terhempas ombak yang bergulung, oh...oh....oh.... rasanya jangan pernah usai berlibur di pulau dewa ini.

Salah satu ketakjuban saya yang tak kunjung reda adalah betapa masyarakat Hindu Bali begitu syahdu dengan ritual sakral yang tak lekang dengan gempuran budaya barat yang selalu datang bertubi-tubi. Setiap pagi, betap mereka khusuk beribadah mohon keselamatan dengan meletakkan rangkaian sesajen di pura atau tempat-tempat persembayangan yang ada di susut-sudut rumah atau bangunan lainnya. Aroma bunga dan dupa bercampur dengan buah atau makanan lainnya menjadi pemandangan wajib bagi kita. Di jalan, di hotel, atau di tempat-tempat lainnya.

Rasanya pesona Bali tak habis untuk diceriatakan, seperti aku yang tak juga puas mereguk keindahan dan eksotisnya kota yang begitu rajin menjaga pesona hijau bunga dan pepohonannya. Meski, telah berulang aku menjelajahinya.

Dua tahun lalu, tepatnya Agustus apa September 2005, terakhir aku kesana. alhamdulillah, November ini, tepatnya tanggal 15-19 yang lalu, aku berkesempatan datang lagi... Ye, bener-bener Happy Hollidays... Lepas lelah, resah, dan semua....

Selasa, 13 November 2007

TRULLY TRULLY


Tentang yang satu ini memang layak mendapat catatan tersendiri. Trully atau Ully adalah panggilan akrab dari salah satu personel 3 in 1, tim kami. Nama lengkapnya Trully Tisna Milasari. Dia paling muda, bahkan sangat muda dibanding usia saya. Saya tahu dia tahun 2000-an. Waktu itu dia masih berseragam putih abu-abu. Sementara aku sudah bekerja. Kabarnya, sewaktu SMA, dia salah satu siswa berpotensi di sekolahnya. Layak jika kemudian dia diterima di universitas ternama di Yogyakarta, yaitu Universitas Gadjah Mada. Dia mengambil jurusan Psikologi.
Oleh karena ketekunan dan kecerdasannya, Trully lulus dalam waktu yang relatif singkat. Sebelumnya, dia berencana melanjutkan S2 di kampus yang sama. Sudah tes malah. Akan tetapi, karena dia diterima bekerja, maka dia sementara waktu menunda dulu keinginannya. Akhirnya, si anak ingusan itu (hehe...maaf ya, Trul...! Padahal, aku belum pernah lihat ingusmu, hehe...) Terlebih setahun kemudian, dia menemukan soulmate-nya. Awal 2007 (bulan apa ya..?), dia melepas status lajangnya. Bahkan, kini kandungannya telah menginjak bulan ketujuh (udah lebih belum ya...?). Tar lagi mau melahirkan.
Mengapa hari ini saya baru bercerita? Karena hari ini adalah hari terakhir dia bersama kami di tempat kerja, hiks...hiks...

Saat kusambung tulisan ini, Trully sudah melahirkan, sudah sebulan lewat malah.

Putri imutnya cantik. Dasar si Ully rada hiperaktif juga, apalagi kalu sudah ketemu anak-anak muda, jadinya waktu kukabari akan ada seleksi duta wisata, dia langsung bertanya... "Sudah ada yang nggantiin aku ya? Aku masih bisa bergabung kan? Waduh, padahal, aku cuma ngabari aja. Soalnya aku tahu, tentu dia masih dalam tahap pemulihan. Trus, baby-nya tentu nggak bisa ditinggal. Setelah kupastikan dan kuyakinkan, eh..dia nekat juga, bergabung sama tim kami seperti tahun lalu.
Dia siapin ASIi di kulkas karena dia ikut seleksi awal, interview peserta. Terus mengisi teknik pengembangan diri pada saat karantina. Di tempat yang sama, di sesi yang berbeda, bersama sesama psikolog, yaitu Mbak Ima (Syarifah Muslimah), menjuri peserta juga. Terus, pada saat grandfinal, tentu dia juga nongkrong di barisan para juri, seharian. Dan, ternyata semua lancar-lancar aja. Emang jempolan anak satu ini, sudah terbiasa soalnya. Sip. Matur tangkyu banget untukmu! Senengnya lagi, mantan pacarnya selalu support dia. Matur tangkyu juga ya, Mas Andi yang mulai jenggotan (haha...biar menjiwai jadi babe!)
Oh ya, tentang Trully, kehadiran dia selama bekerja bersama kami dan bergabung dengan 3 in 1 (aku, pier, trully) benar-benar klop. Selain outbond, kegiatan refleksi, pelatihan, dia juga patner saya saat mengasuh acara Zona Bebi di Buana FM. Makanya, waktu dengar dia bakal cabut, jadi berasa sedih..Tapi, tetep saja sampai sekarang bisa bekerja sama. Meski tidak dalam kegiatan formal.
Sukses buatmu Trull...Ku yakin asa dan langkahmu masihlah panjang. Dan, suksesmu kan kan segera menjelang. Amin!


Abdul Hakim, 2 Januari 2008

Jumat, 09 November 2007

CINTA TAK BERSYARAT



Abdul Hakim





Ketika diberi, harusnya kita mensyukuri
Ketika memberi, mestinya tak ada harap tuk kembali
Ketika ada yang pergi, ikhlaskanlah hati
Ketika hati bersih, niscaya Allah mencintai




Foto: Daku dan anandaku tersyang