Rabu, 17 September 2008

Buka Bersama Teman: Ketika Hidup Harus terpisah, Hiks...!




Ya beginilah nasib jauh dengan keluarga., berasa gimana gitu.... Pas puasa soalnya. Sore jelang senja hunting makanan untuk berbuka, lalu jam 02.30 atau 03.00 menembus malam untuk berburu makanan sahur. Akan tetapi, sejauh ini sih berusaha menikmati aja biar berasa agak enakan, hehe... Biar seru dan rame, untuk berbuka kami para "bujangan sementara" janjian di suatu temapt untuk berbuka bareng. Salah satunya di sekita lembah UGM. Biasalah, lesehan pinggir jalan. Ya.. lumayanlah, berasa dengan keluarga. maklum sudah akrab.

Jumat, 12 September 2008

Fenomena Aksi Tempel Tak Berwawasan Lingkungan






Tampaknya harus ada undang-undang yang mengandung sanksi agar masyarakat tidak seenaknya menempel pengumuman, iklan, dan sejenisnya pada fasilitas umum, pohon, dan lain-lain. Menurut saya, para pelaku sangat tidak berwawasan lingkungan dan estetika. Dari segi lingkungan, mereka telah "menyakiti" pepohonan dengan aksi main paku secara sembarangan. Ingat dan catat, pohon juga makhluk hidup yang layak dilindungi, disayangi, dan dirawat. Saya masih teringat, beberapa tahun lalu diberitakan profilnya di televisi kisah seorang pecinta lingkungan yang sangat peduli dengan lingkungannya. Sang tokoh yang saya lupa identitasnya, bekerja secara sukarela membersihkan pepohonan dari tempelan-tempelan dan mencabuti paku yang menancap di pepohonan. Kita tentu paham bahwa yang peduli seperti itu hanya satu dua orang, sementara yang melakukan aksi tidak terpuji begitu banyaknya. Tentu sangat tidak seimbang. Maka wajar jika sampai saat ini kita dengan mudah melihat berbagai iklan dan pengumuman membebani batang-batang pohon, tiang telepon, maupun tiang listrik. Tak jarang, tempelan-tempelan itu bertengger selamanya, meski sudah tampak lusuh, usang, dan tak diperlukan lagi. Sisa-sisa tempelan kertas maupun stiker tak mudah terkelupas dari tiang-tiang telepon maupun listrik. Pemandangan yang sama sekali tidak estetis. Ironisnnya, sebagian pemasang adalah mereka yang berstatus perusahan besar seperti perusahan seluer yang tentu secara administrasi kemungkinan sudah mendapat izin untuk pemasangannya. Lalu bagaimana pemda bisa melakukan hal itu? Aneh! Sampai kapan fenomena seperti itu terus berlangsung? Mari kita hindarkan perilaku-perilau seprti itu agar lingkungan sekitar terjaga keasrian dan estetikanya. Coba lihat beberapa foto yang yang sempat saya abadikan di beberapa lokasi di Klaten dan Yogyakarta di atas. Abdul Hakim

Kamis, 11 September 2008

Seni Mural Nan Elok di Yogyakarta





Perkembangan seni corat-coret di tempat-tempat terbuka di Yogyakarta, misalnya di dinding stadion, pilar jalan layang, atau tempat-tempat terbuka lainnya yang berdinding, sampai saat ini masih menjadi pemandangan yang menawan. Mural bukanlah corat-coret asal dan tak bermakna, tetapi mengedapankan keindahan dan pesan-pesan untuk penikmatnya. Bukan pula sekadar grafiti yang sekadar menuliskan nama gang, kelompok, atau slogan tertentu, yang kecenderungannya sulit dinikmati atau dibaca. Mural di Yogyakarta sekaligus memberi contoh baik kepada anak muda yang hobi corat-coret agar menghasilkan karya yang baik. Tidak sekadar coret sana, coret sini, pada tempat yang salah pula. Seni Mural di Yogyakarta banyak bisa kita nikmati pada sudut-sudut jalan, stadion, pagar, dan lain-lain. Gambar di atas adalah beberapa karya mural yang sempat saya abadikan. Ada yang mengangkat tema keindahan alam, wayang, pesan sosial, dan lain-lain. Adul Hakim

Kematian dalam Video Klip Indonesia

Kalau Anda mengamati, maka ada kecenderungan pembuat video klip Indonesia menggunakan konsep serupa, yaitu tema kematian. Yang dimakud tema kematian adalah jika adalam video klip tersebut diceritakan tentang kematian, baik karena sakit, kecelakaan, maupun pembunuhan. Jumlah relatif banyak. Kebetulan beberapa di antaranya sukses di pasaran. Saya tidak tahu mengapa tema yang mengususng kematian menjadi trend.
Sebagian kecil saja lagu yang bercerita kematian sehingga tentu logis jika video klipnya pun berkisah hal yang sama. Sebagaian besar lainnya, cerita dari lirik lagu jauh dari berkisah tentang kematian. Entah apa yang mendorong para sineas pembuat klip maupun para penyanyi solo atau band menyetujui konsep tersebut.
Padahal, menurut saya, ketika sebuah cerita dalam video klip membatasi diri pada satu konsep kematian maka penikmat musiknya akan terbayang bahwa cerita yang dimau oleh lagu adalah tentang kematian. Akan lebih universal jika bukan tema itu yang diangkat. Aakan tetapi nyatanya beberapa lagu yang dibuatkan video klipnya dengan mengusung tema kematian sukses di pasaran. Beberapa yang lainnya biasa-biasa aja. Hal tersebut sangat bergantung dari kualitas musikal si penyanyi. Meski berperan penting, tetapi video klip sekadar pendukung untuk komersialisasi produk, yaitu lagu yang dibuat si penyanyi.
Beberapa band atau penyanyi yang video klipnya mengangkat kematian di antaranya: Ungu (demi Waktu), Drive (Bersama Bintang), Pingkan Mambo (Bagai Kekasih yang Tak Dianggap), Wali (Dik & Egokah Aku), Caramel (Tinggal Kenangan/Jauh), Seventeen (Sealalu Mengalah), Kerispatih (Mengenangmu), Ada Band (Baiknya), Coklat (Bukan Hari Ini), Keyla (Menutup Mata), Naff (Kaulah Hidup dan Matiku), dan masih ada beberapa karya lagi.
Benarkah tema seperti itu memang disukai oleh penikmat musik? Atau para kreator tak lagi punya alternatif ide yang lebih cemerlang dan inovatif? Abdul Hakim

Dawet Hitam Banyumas


Salah satu yang terkenal di daerah Banyumas adalah dawet hitam. Kalau kesana, di sepanjang jalan kita akan menemui para penjual minuman segar bersantan tersebut. Bahkan di jalan-jalan yang jauh dari pemukiman penduduk, misalnya di jalan-jalan raya dekat persawahan, dengan mudah kita dapat menjumpainya. Sambil melepas lelah, kita dapat menikmati miniman tersebut di gubuk-gubuk kecil di bawah rindang pohon dan semilir angin perswahan yang berhembus sejuk. Sebuah perpaduan yang indah dan nikmat. Abdul Hakim

Batur Raden Purwokerto






























Meski belum pernah pergi ke Batur Raden Purwokerto, tentu Anda sudah mengenal, minimal pernah mendengar tempat wisata tersebut. Sebab, selain sebagai tempat wisata, daerah Batur Raden juga dikenal sebagai tempat kegiatan perkemahan parmuka nasional. Bagi yang sudah pernah kesana, tentu Anda telah mengetahui bahwa tempat wisata tersebut berada di pegunungan yang lumayan sejuk. Di tempat tersebut juga terdapat pemandian air panas yang konon dapat menyembuhkan berbagai penyakit.

Tempat ini semakin tekenal ketika beberapa tahun yang lalu menelan beberapa korban ketika jembatan gantung yang dipadati pengunjung terputus dan para wisatawan berjatuhan ke dasar sungai yang berbatu. Jika sekarang kesan, maka jembatan gantung tersebut sudah berganti dengan jembatan beton permanen. Jadi, Anda tidak perlu deg-degan lagi saat melintasi jemabatan yang di bawahnya dialiri air dari pegunungan dengan bebatuan hitam yang khas tersebut.
satu lagi, kalau sebelumnya Anda mengira bahwa tempat tersebut bernama Batu Raden, tentu Anda slah, karena yang benar adalah Batur (memakai R) yang berarti teman atau pembantu sang Raden sehingga menjadi Batur Raden. Abdul Hakim

Pasar Ramadhan di UGM


Sudah menjadi tradisi bahwa setiap ramadhan tiba maka di berbagai tempat akan disemarakkan oleh kehadiran pasar ramadhan. Pasar kaget yang rata-rata dimulai selepas ashar tersebut biasanya menjula berbagai makanan dan jajanan khas ramadhan. Kehadiran pasar-pasar tersebut memberi pemandangan yang berbeda dari hari-hari biasa. Sambil menunggu bedug maghrib tiba, masyarakat bisa membeli berbagai makanan untuk berbuka.
Salah satu pasar ramadhan di Yogyakarta, digelar di UGM. Beberapa ruas jalan menjadi tempat mangkal para penjual. Selain di depan pintu gerbang UGM, juga di sepanjang jalan dekat lembah, peternakan, dan depan masijid kampus. Area ini memang biasanya digunakan berjualan oleh para pedagang pada pasar mingguan atau yang biasa dikenal masyarakat sekitar UGM sebagai kegiatan Sunday Morning.
Yang tampak berbeda dengan pasar ramadhan lainnya, di sekitar UGM meskipun jualannya beragam, tetapi yang paling dominan adalah minuman segar, terutama penjual sup buah yang berjajar panjang. Tampilan dagangan mereka sangat mengoda karena berbagai buah segar sebagai daya pikat digantung di rombong mereka, mulai dari blewah, melon, pisang, kelengkeng, durian, dan lain-lain. Pada hari-hari biasa, mereka juga berjaualan di seputar UGM, tetapi pada ramadhan jumlah mereka semakin bertambah banyak.
Ingin mencicipi kesegarannya, silakan datang bersama teman atau keluarga sambil menunggu bedug tiba. Abdul Hakim

Rabu, 03 September 2008

Upaya Menjadikan UNY sebagai Trendseter Pendidikan Karakter




Berikut sedikit catatan yang saya buat dari Semiloka (Seminar dan Lokakarya) Pendidikan Karakter yang diadakan oleh Universitas Negeri Yogyakarta pada tanggal 29 Juli 2008.

Terus terang ketika Profesor Darmiati Zuhdi, M.Ed. menginformasikan kepada kami, teman-teman satu kelas yang beliau ajar, tentang akan diadakannya Semiloka Pendidikan Karakter di UNY, kami langsung tertarik. Sayangnya, acara tersebut peserta dan ruangnya terbatas, jadi kami tidak bisa mengikuti. Akan tetapi, alhamdulillah, meski hanya lewat layar monitor, akhirnya kami disiapkan tempat oleh panitia sehingga kami bisa mengikutinya. Kami berterima kasih kepada Bu Zuhdi selaku ketua panitia acara tersebut.

Khususnya saya, terus terang tertarik untuk hadir dalam acara tersebut mengingat yang memberi materi adalah salah satu motivator dan presentator yang hebat, yakni Dr. (HC) Ary Ginanjar Agustian. Penulis buku best seller ESQ sekaligus pendiri ESQ Leadership Center yang mendapat gelar DR.HC. dari UNY pada 17 Desember 2007 tersebut menyampaikan makalah berjudul Pembentukan Habit Menerapkan Nilai-Nilai Relegius, Sosial, dan Akademik. Selain itu, Prof. Dr. Komaruddin Hidayat juga hadir untuk menyampaikan makala berjudul Life’s Journey With Inner Guides.

Terus terang saya sudah kangen mendengar suara mantap dan pencerahan dari Ary setelah sekian lama tidak bertemu. Pertama bertemu ketika saya mengikuti ESQ yang diselenggarakan PT Pupuk Kaltim di Bontang tahun 2004 (Angkatan Pertama di PKT). Setelah itu, sebagai alumni, saya masih sempat beberapa kali bertemu pada penyelenggaraan ESQ di Bontang untuk angkatan berikutnya. Terakhir bertemu pada temu alumni se-kaltim di Balikpapan (tahun berapa ya…? Lupa!). Kok jadi menceritakan sejarah masa lalu begini, hehe… Sekadar mengingat-ingatlah.

Dan berikut, bukanlah resume pada semiloka tersebut. Ini hanya catatan kecil buat UNY pascakegiatan itu.

Wacana tentang pendidikan karakter bukanlah hal baru yang digagas dalam berbagai tulisan, dialog, maupun seminar. Akan tetapi mewujudkannya menjadi sebuah realitas sosial yang membudaya pada setiap lapisan masyarakat tentu masih jauh dari nilai yang dianggap cukup. Oleh karena itu, upaya UNY untuk mengangkat kembali tema pendidikan karakter dalam sebuah semiloka tentu patut mendapat acungan jempol. Terlebih jika melihat narasumber yang menggawangi kegiatan tersebut adalah tokoh-tokoh yang kompeten di bidangnya, yakni Ary Ginanjar Agustian dan Komaruddin Hidayat. Kita tentu berharap, kegiatan tersebut akan ditindaklanjuti oleh UNY dengan merumuskan konsep-konsep yang aplikatif dan dapat dijadikan contoh bagi masyarakat, khususnya di UNY. Jika berhasil, tentu bukan harapan yang berlebihan kepada UNY, di kemudian hari akan menjadi trendsetter, terutama bagi dunia pendidikan di Indonesia.

Membicarakan sedikit tentang hal-hal yang dibahas Ary Ginanjar dalam kegiatan tersebut, menurut saya cukup bagus. Konsep Tujuh Budi Utama (jujur, tanggung jawab, visioner, disiplin, kerjasama, adil, dan peduli) yang sebenarnya telah diwacanakan Ary sejak tahun 2001 pada kegiatan ESQ merupakan kunci-kunci yang layak diaplikasikan. Begitu juga dengan konsep pendayagunaan Enam Inner Guide (Sifat Dasar) Manusia (orphan = ketidakberdayaan, tergantung, wonder = tidak bisa diam, warrior = bersaing, bertempr, berantem, berkelahi, altruism = tidak ideot, innocent = bebas, merdeka, magician = tukang sulap) yang disampaikan oleh Komaruddin Hidayat jika diaplikasikan akan dapat memotivasi manusia untuk berbuat yang lebih baik secara kontinue.

Berdasarkan kegiatan tersebut UNY selayaknya membuat konsep-konsep yang merupakan perpaduan berbagai pendapat yang berorientasi pada kemudahan dan keefektifan untuk dipahami dan diterapkan. Memang tidak mudah, pasti ada pro kontra. Ada yang aktif dan pasif. Akan tetapi, jika diupayakan sunggung-sungguh tentu tidak ada pekerjaan yang tidak mungkin dan sia-sia.

Seluruh komponen di UNY harus bersinergi untuk mewujudkan hal tersebut. Pribadi-pribadi yang selama ini telah komitmen menjadi pribadi yang santun, ramah, dan bertanggung jawab di lingkungan kampus bisa dijadikan model berjalan. Kepedulian akan hal ini terutama harus dipahami dan diterapkan oleh para pendidik yang berinteraksi secara langsung dan terus-menerus dengan peserta didik. Elemen lainnya juga harus sepaham dan sejalan untuk menjadikan UNY khususnya, dan masyarakat pada umumnya, sebagai manusia yang bermartabat karena mempunyai karakter yang baik. (Abdul Hakim)

Foto Ary by www.uny.ac.id, Komaruddin Hidayat by tokohindonesia.com


20 Hal Penting Jadi Presenter

Berikut adalah dua puluh hal penting agar bersinar jadi host/presenter.

  1. Mengenali audiens
  2. Kaya pengetahuan umum, bukan hanya masalah yang menjadi interest pribadi
  3. Tunjukkan empati Anda
  4. Antusias
  5. Punya passion setiap membahasa persoalan
  6. Tangguh, tetapi tidak menonjol atau memonopoli pembicaraan
  7. Ajukan pertanyaa, lantas dengar dan simak jawabannya
  8. Jangan mengadili
  9. Selebriti dan tokoh publik juga manusia
  10. Enyahkan leading questions!
  11. Punya selera humor yang baik
  12. Jeli menggali sesuatu yang baru
  13. Natural, tidak dibuat-buat
  14. Punya gaya sendiri (karakter orisinal)
  15. Akrab pada tamu, tetapi tidak berlebihan
  16. Siap mengatasi keseleo lidah
  17. Miliki staf data dan riset sebagai bagian dari tim kreatif Anda
  18. Tampil hanya pada satu talk show
  19. Lakukan secara playful
  20. Memiliki jejaring (networking) yang luas.

Lusia, Amelia. 2006.Oprah Winfrey:Rahasia Sukses Menaklukkan Panggung Talk Show.
Jakarta: Gagas Media

Abdul Hakim