Kamis, 11 September 2008

Kematian dalam Video Klip Indonesia

Kalau Anda mengamati, maka ada kecenderungan pembuat video klip Indonesia menggunakan konsep serupa, yaitu tema kematian. Yang dimakud tema kematian adalah jika adalam video klip tersebut diceritakan tentang kematian, baik karena sakit, kecelakaan, maupun pembunuhan. Jumlah relatif banyak. Kebetulan beberapa di antaranya sukses di pasaran. Saya tidak tahu mengapa tema yang mengususng kematian menjadi trend.
Sebagian kecil saja lagu yang bercerita kematian sehingga tentu logis jika video klipnya pun berkisah hal yang sama. Sebagaian besar lainnya, cerita dari lirik lagu jauh dari berkisah tentang kematian. Entah apa yang mendorong para sineas pembuat klip maupun para penyanyi solo atau band menyetujui konsep tersebut.
Padahal, menurut saya, ketika sebuah cerita dalam video klip membatasi diri pada satu konsep kematian maka penikmat musiknya akan terbayang bahwa cerita yang dimau oleh lagu adalah tentang kematian. Akan lebih universal jika bukan tema itu yang diangkat. Aakan tetapi nyatanya beberapa lagu yang dibuatkan video klipnya dengan mengusung tema kematian sukses di pasaran. Beberapa yang lainnya biasa-biasa aja. Hal tersebut sangat bergantung dari kualitas musikal si penyanyi. Meski berperan penting, tetapi video klip sekadar pendukung untuk komersialisasi produk, yaitu lagu yang dibuat si penyanyi.
Beberapa band atau penyanyi yang video klipnya mengangkat kematian di antaranya: Ungu (demi Waktu), Drive (Bersama Bintang), Pingkan Mambo (Bagai Kekasih yang Tak Dianggap), Wali (Dik & Egokah Aku), Caramel (Tinggal Kenangan/Jauh), Seventeen (Sealalu Mengalah), Kerispatih (Mengenangmu), Ada Band (Baiknya), Coklat (Bukan Hari Ini), Keyla (Menutup Mata), Naff (Kaulah Hidup dan Matiku), dan masih ada beberapa karya lagi.
Benarkah tema seperti itu memang disukai oleh penikmat musik? Atau para kreator tak lagi punya alternatif ide yang lebih cemerlang dan inovatif? Abdul Hakim

Tidak ada komentar: