Selasa, 22 Juli 2008

Sang Calon Penguasa

Abdul Hakim

Menebar nama sampai pelosok
Hembuskan aroma wangi sesaat
Menebar jala-jala dengan umpan beribu janji
Menjerat,
Mengikat untuk satu tujuan

Hamburan rupiah adalah upeti
Sekilo gram beras adalah patri
Aspal hitam dan lampu penerang adalah janji
:Demi sebuah kursi
Kursi ajaib yang rembeskan madu
Kursi yang berimu wewenang
‘tuk makan aspal jalan raya
‘makan tanah rakyat yang kau tukar dengan harga murah
‘makan tiang-tiang beton, mobil mewah, rumah megah,
dan apapun yang kau tunjuk dengan jari kuasamu

Wahai…Sang Calon Penguasa
Mimpi apa engkau hari ini
Mengapa baru sekarang kau buka hati
Kemana saja kemarin engkau bersembunyi
Tiba-tiba kau buka pundi-pundimu
Kau semburkan janji-janjimu
Dengan tiba-tiba!
Dengan tiba-tiba!

Apa benar jika terpilih nanti
Engkau tetap sowan pada yang papah?
Engkau ulurkan tangan untuk yang tengadah?
Engkau antar sekilo beras kepada yang tengah berjuang
menyambung nyawanya
Engkau datang untuk hibur hati si tua renta?
Engkau berjalan kaki susuri becek jalan berlubang tuk antar sumbangan?
Atau…, engkau akan tertunduk lekat di kursi pengikat?
Dikitari wajah-wajah sangar penjilat yang menagih janji
atas kemenanganmu
Sebab, mereka telah menyokongmu dengan segala daya,
tipu daya, bila perlu dengan buta mata
Mereka datang minta jabatan,
Mereka datang minta segebok uang,
Mereka datang agar tendernya menang,
Mereka datang…menggerogotimu seperti anjing berebut tulang
Dan…, engkau pun tak berdaya
Sebab, jasa harus dibalas jasa
Hutang janjimu harus terlunasi
Meski, rakyatmu manangisi
Sebab, ternyata kau tak seputih dan seelok tatkala dulu berorasi

Bontang, 31012008

Tidak ada komentar: