Rabu, 27 Februari 2008

Svetozar Kolibarski



Svetozar atau yang biasa dipanggil Sveto (Sweto) adalah salah satu teman yang sama-sama tinggal di Tapak Dara Yogyakarta. Kamarnya berada di depan kamar saya.

Berbincang-bincang dengan cowok asal Bulgaria yang Maret nanti genap berusia 26 tahun terasa menyenangkan. Saya bisa berbagi dengannya tentang bahasa, budaya, maupun opini-opini lainnya, misalnya bagaimana pandangan Sveto tentang gadis-gadis, sosial-budaya, masyarakat, Islam, dan lain-lainnya.

Sveto juga semakin bersemangat ketika saya beritahu bahwa saya mempunyai background pendidikan pengajaran bahasa Indonesia untuk penutur asing (BIPA). Saya bercerita, dulu saat kuliah, saya praktik mengajarnya adalah mengajar mahasiswa asing. Sambil ngobrol, dia banyak bertanya tentang kosa kata bahasa Indonesia yang kurang dipahaminya.

Siapa Svetozar?

Sebenarnya dia adalah mahasiswa Social Anthropology Leiden University, Netherlands. Mengapa dia ada di Yogyakarta? Dia sedang riset tentang Budhisme (penganut, sejarah Budha, dll.) di Yogyakarta dan sekitarnya. Tentu riset tersebut berkait erat dengan jurusan atau program pendidikan yang ditempuhnya di Belanda. Pertanyaan berikutnya, mengapa di Indonesia, tepatnya di Yogyakarta? Menurutnya, dia sudah banyak membaca literatur tentang Budhisme, tetapi khusus yang ada di Indonesia, jumlahnya sangat minim. Jadi, dia tertarik untuk menelitinya.

Dia hanya tinggal untuk beberapa bulan di Yogya. Sebelum riset, dia belajar bahasa Indonesia di tempat kursus yang namanya Alam Bahasa. Tentang tempat tersebut, saya juga baru pertama mendengarnya. Sveto belum lama belajar bahasa Indonesia, baru sekitar sebulan, tapi menurut saya untuk sebuah komunikasi ringan kemampuannya sudah cukup lumayan.

Untuk menjaring data di tempat riset, Sveto mengajak seorang asisten, mahasiswi Yogya. Dia masih merasa perlu asisten karena katanya masyarakat yang dijadikan narasumber kalau sedang berbicara agak cepat sehingga dia kurang bisa menangkap maksudnya dengan jelas.

Tentang bahasa

Tentang bahasa bahasa ibu Sveto adalah bahasa Bulgari. Saya menanyakan beberapa kata dan kalimat kepada Sveto untuk diterjemahkan ke dalam bahasa Bulgari. Terasa masih sangat asing, belum familiar. Saya ingin belajar beberapa yang umum agar saya tahu sedikit bahasa Bulgari. Sveto pernah belajar bahasa Ingrris di Amerika (??) untuk beberapa lama. Oh ya, menurutnya, bahasa Belanda adalah bahasa yang sulit untuk dipelajari. Makanya, saat saya bertanya tentang bahasa itu, dia hanya tertawa-tawa saja, alias cengengesan. Meski di Belanda, bahasa pengantar dalam perkuliahannya adalah bahasa Inggris.

Saat ini, sambil melakukan riset, dia sedang antusias belajar lebih banyak tentang bahasa Indonesia karena usai riset nanti dia berencana akan mengunjungi Aceh. Katanya, dia punya teman di sana. Atau mungkin, dia akan berjalan-jalan ke Maluku atau yang lainnya. Ketika saya sebut Bali, dia hanya menggelengkan kepala tanda tak ingin.

Mengenai bahasa Bulgaria, kata Sveto sebagian dipengaruhi oleh bahasa Turki. Hal itu terjadi karena sekian persen penduduk Bulgaria adalah keturunan Turki. Sewaktu ngobrol, salah satu teman saya mengatakan bahwa Bulgaria adalah salah satu bekas negara jajahan Turki. Dan, saya baru tahu. Benarkah? Kalau benar, berarti cukup alasan mengapa bahasa Bulgaria mendapat pengaruh dari bahasa Turki.

Itu sekelumit tentang Sveto, kapan-kapan kalau senggang, saya ingin ngobrol lebih banyak dengannya. Saya yakin banyak hal baru yang bisa saya dengar darinya.

Tidak ada komentar: