Rabu, 05 Maret 2008

Antologi Puisi: Lagu Rindu









PESONA JINGGA

(untuk momi)

Selaci pesona jingga milikku tak kubiar memercik selain untukmu

Sebab derai tawamu tulus membuka jendela dan beriku semilir sejuk yang memesona

Menggumpal mimpi-mimpi yang kian melaksa

Mengarsir kanvas dengan kedalaman hati agar kelak lukisku tentangmu elok dan berjiwa

Beriku bahagia yang tak pernah pupus sampai garis waktu membatas

Yogya, 27 Pebruari 2008


MELUKAIKU MELUKAIMU MELUKAINYA

Darah mendidih yang tawarkan gejolak bergelegak mungkin akan menjadi madu

Kuhisap, meresap, dan membekas…

Melukaiku…melukaimu…melukainya.

Yogya, 28 Pebruari 2008


SENJA DI KALIKOTES

Menapaki jalan kecil ketika semburat senja melukis alam dengan sempurna

Padi hijau kekuningan menghampar melenakan

Sorot merah keemasan di antara pucuk-pucuk pohon, pada sela dedaunan

Pegunungan memanjang melukis garisnya sendiri di bawah langit yang berkilauan

Aku tersulut takjub

Lukisan mahal yang jarang kujumpa di belantara Borneo yang mulai usang

Senja di Kalikotes, jangan koyak warnamu, jangan rapuh bingkaimu

Bersama buah hatiku, kuingin nikmatimu pada suatu senja di suatu hari

Aku akan datang lagi…

Yogya, 28 Pebruari

(Kalikotes-Klaten pada 22 Pebruari 2008)


LAGU RINDU

(untuk f-ku)

Celotehmu mencipta irama galau hati yang tersekat ruang dan waktu

Menyanyikan rindu yang safir, tertahan

Melintas tak terputus

Resah tersembunyi yang harusnya kusibak

Kunci yang kubawa menutup riuhmu pada bahagia yang biasa kau gambar dengan bias senyum

Aku ingin pulang dan membuka pintumu untuk nyanyikan lagu rindu bersama

Lalu mencipta lagu baru tentang menerbangkan layang-layang bersama pada suatu sore di

antara semilir angin yang mengoyak dedaun dan gugur beterbangan di antara derai tawa kita

Yogya, 28 Pebruari 2008


KUJEMPUT RINDU IBUKU

Rindu yang bungkam menahan lelah ini, Ibu

Menyaikiti aku yang tak jarang tak kuasa menjalani takdir keterpisahan

Aku masih memendam ingin untuk terbang bersama mengitari langit biru keabu-abuan

Menikmati tatap kasih induk burung yang tengah menyuapi anak kecilnya

Menyanyikan senandung lagu ditimpah nyanyian alam yang mendamaikan

Ibu, tunggu aku, kan kujemput rindu ini agar pecah menjadi bunga bermekaran

Laksana mawar jingga beraroma indah yang kau tanam depan rumah kita

Aku akan pulang, Ibu.

Amplas Yogya, 28 Pebruari 2008

JUSTRU KARENA BAPAKKU ADALAH ENGKAU

Menapaki bukit, membelah belantara, menyeberangi sungai dan laut telah menguatkanmu,

kokoh berdiri

Melecut semangat yang masih pulas

Membabat mimpi-mimpi kosong menjadi kenyataan yang beringas

Engkau berlari di saat mereka tengah duduk atau berjalan

Kau dirikan bangunan dengan bulir peluh yang membasah sekujur tubuh

Keras dan keriput tua tak hentikanmu untuk selesaikan tugas akhir

Semoga, cintamu kepada kami mendapat cinta yang berlaksa dari Sang Maha Pecinta

Yogya, 28 Pebruari 2008

Tidak ada komentar: