Kamis, 29 Mei 2008

Ironis: Penganiayaan Ipda Henrico Manurung oleh Pendemo

Melihat aksi demo BBM akhir-akhir ini, umumnya oleh mahasiswa, jadi miris. Anarkisme terjadi dimana-mana. Padahal, niatnya baik, tapi lama-kelamaan menjadi kontraproduktif, kurang simpatik. Meski tidak keseluruhan, tetapi melihat berbagai bentrokan di televisi, kok jadinya seperti itu ya. Menyedihkan! Menakutkan buat orang sekitar. Niatnya adalah memperjuangkan nasib rakyat, tetapi dalam waktu bersamaan juga menghambat masyarakat karena jalan diblokir, bakar ban, lempar batu, bentrok dengan polisi. Sampai kapan? Please dong, ayo, ayo, baik polisi maupun mahasiswa, sama-sama bertindak lebih wise dan berwawasan terhadap kepentingan dan keselmatan bersama.

Saya kaget dan merasa prihatin tatkala pada Selasa, 27 Mei malam yang lalu, seorang polisi bernama Ipda Henrico Manurung oleh beberapa oknum (entah mahasiswa tau bukan) ketika terjadi demo di depan Universitas Mooestopo (Beragama) Jakarta. Polisi berumur 56 tahun, kakek dari 9 cucu, dan empat anak ini menderita luka di wajah dan punggung akibat dianiaya. Dalam tayangan yang diliput stasiun tv, polisi tersebut ditendangi dengan cukup keras.

Pria yang sudah 37 tahun mengabdi di kepolisian ini mengaku masih trauma atas kasus yang menimpanya. Menurutnya, sekitar pukul 19.00 dirinya mendapat kabar dari HT kalau demo di kampus Universitas Moestopo telah usai. Sebagai Kanit Patroli Polsek Kebayoran Baru ia merasa bertanggung jawab untuk mengawasi demo yang terletak di perbatasan antara Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan.

Dengan mengendarai motor Yamaha Nouvo B 6699 SMF, Henrico pun memantau demo dengan melintasi Jalan Hang Lekir Raya. Rupanya demo penolakan kenaikan BBM yang dilakukan mahasiswa masih berlangsung. Saat menuntut motornya, sekelompok mahasiswa melihat Henrico. Sekejap terdengar teriakan, “Itu polisi. Ayo tangkap, pukul,” teriak mahasiswa seperti dikatakan Henrico. Akhirnya, sang polisi dianiaya.

Semoga sang pelaku segera teridentifikasi dan mendapat tindakan sesuai dengan apa yang dilakukannya. Semoga pula tindakan-tindakan serupa tidak terulang lagi.

Hal-hal lain yang seharusnya tidak dilakuakan oleh pendemo adalah merusak fasilitas umum, membakar ban, aski lempar-lemparan, perkelahian, dan sejenisnya. Selain merugikan lingkungan, masyarakat, pastinya merugikan diri sendiri.

Pertikaian antara polisi dan pendemo akhirnya menjadi santapan utama, menu utama, berita aktual, mengalahkan sebstansi yang didemokan, yaitu tentang harga BBM. Kita berharap anarkisme di berbagai daerah tidak semakin parah. Kasihan, baik mahasiswa maupun polisi yang bertugas akhirnya pulang dengan babak belur. Siapa yang merugi? Siapa yang tersakiti? Keluarga menangisi.

Tidak ada komentar: