Senin, 07 Januari 2008

Antologi Puisi "Episode Resah"

Model: Savero & Vidya, Wakil 1 Duwis Bontang 2007/2008, G-Entertainment, Photos by Badax
JENUH
(untuk s’gala keanehan yang ingin kurengkuh)
Abdul Hakim

Aku jenuh dengan segala resah yang membungkam
Aku jenuh dengan segala gundah yang kian menyesak
Aku jenuh, semakin jenuh, dengan gejolak yang kian kembara
Mencencang jiwa
Memberangus bahagia
Aku jenuh…
Teramat jenuh….
Bayang samar itu semakin nyata
Meski kusadar, bukankah mestinya ku tak harus rengkuhnya

Dalam segenap sadarku
Atau dalam linglungku
Atau ketika dalam himpitan yang tak menentu
Ku ingin rengkuhmu
Ku ingin raihmu
Ku ingin ikatmu kuat-kuat di sini
Di sayapku

Lelah kembaraku
Lelah aku harus bertanya dan menjawabnya sendiri
Lelah aku hadapi pilihan yang harusnya aku tak inginkannya untuk memilih

Jenuhku semakin sekarat
Mendepakku ke terjalnya logika
Melukaiku hingga semakin parah
Berdarah-darah
Merah kehitaman…
Merah kehitaman…

Dalam s’tiap detikku
Kini, dan entah sampai kapan, aku merindu
Aku mengharap
Aku ingin bersinergi dengan sendu tatapmu
Lembutmu
Dan s’gala rasa yang tak mampu terdeskripsikan olehku
Atasmu
Gundahku semakin melenguh
Sedang hadirmu kurasa semakin jauh
Meski rinduku semakin menderu
Inginku,
Kau di sini, bergelayut manja tanpa keluh
Sandarakan kepala sambil bercerita
Tentang apa saja
Yang penting, ku dapat tatapmu lebih dekat.
Menyentuhmu lebih erat!

Bontang, 30 Mei 2007


MENGURAI JENUH
(untuk keindahan yang tercipta)
Abdul Hakim

Berjalan menyusuri waktu
Di antara resah yang menggelayut

Menelusup bahagia di sini,
Di kedalaman hati
Ada yang berdesir indah tatkala pesonamu menyentuhku
Tatkala dengan dekat dapat kurasa hela nafasmu

Hari ini,
Dengan segenap keberanian yang meragu
Kusentuhkan hasratku atasmu
Kuluapkan resah emosiku
Kubukakan tabir rindu yang mengganggu

Sesaat jenuhku memudar
Terserak menjadi pecahan getar tak terdefinisi
Tapi,
Ia menjalar indah
Merasuk jiwa
Mengurai kebekuan di titik kulminasi
Meledakkan gemuruh yang mengguncang
Syahdu

Hari ini, jenuhku meleleh sudah
Menjadi bulir bening yang kan meresap sejuk
Di sini
Di dada
Di jiwa
Tapi…,
Mengapa tiba-tiba resah bersenandung lirih
Mencoba meremas, bahkan mencengkeram keindahan ini

Dan, senandung itu kini kian melengking
Akankah kejenuhan yang terurai segera kunjung padam?

Jangan!
Sebab, kuinginkan ia kembara selamanya
Mengisi ruang
Dan waktuku
Abadi

Bontang, 30-31 Mei 2007


EPISODE RESAH
(untuk gundah yang menyelubung)
Abdul Hakim

Di hari lalu,
Telah kuungkap semua tentang
Tabir yang harusnya tak kusingkap
Isi yang harusnya tak kunikmati
Pesona yang harusnya tak kunodai

Kini, pada setiap hela hidupku
Kurasa,,
Nyanyian resah semakin menggema
Sebab, ku teramat paham
Bahwa aku telah keliru menggores kanvasmu
Dengan warna buram

Di hari ini,
Meski tak segan harus kuungkap maaf
Tapi, jujurku, tak ingin ku lepas bahagia itu
Meski, sekali lagi, goresku akanmu
Ternyata semakin absurd

Bontang, 31Mei 2007


ANDAI KASVAS DAN LUKISKU ADALAH SEBUAH KEBENARAN
(untuk lukisan yang kusadar tak mungkin pernah selesai)
Abdul Hakim

Ku sadar,
Bahwa energi yang menyentak adalah sebuah kesalahan

Ku sadar,
Menyentuhmu adalah kegelisahan yang menentramkan

Ku sadar,
Ada nyanyian indah yang juga tengah kau nikmati
Tapi…,
Sekali lagi, ku sadar,
Ini adalah sebuah kekeliruan

Andai kanvasmu adalah pilihan kebenaran
Kan kulukis engkau dengan
Warna-warni pelangi

Warna-warni yang membuatmu menggelayut erat di pundakku
Tuk arungi kedalaman perasaan
Dengan cinta dan kasih
Yang menentramkan

Bontang, 31 Mei 2007


LUKA
(elegi untuk setiap putaran waktu yang mengiris)
Abdul Hakim

Gelisahku semakin membungkam
Pojokkanku, terdiam
Kibas aku dalam kelam
Lumat aku dalam kesendirian
Remukkanku hingga menjadi serpihan
Tangsiku tertahan
Mengkhristal beku, menyakitkan

Bontang, 31 Mei 2007


MENGURAI LARA
(untuk kejernihan hati)
Abdul Hakim

Kucoba terjemahkan setiap lara
Ku urai ia dan kubingkai menjadi kristal berharga
Ku yakin,
Dalam setiap kedalaman kontemplasi
Akan lahir keindahan yang safir
Meski, ia lahir dari luka yang mengiris

Bontang, 31 Mei 2007


SILANG MERAH
(untuk komitmen yang berubah)
Abdul Hakim

Kuambil corak merah
Pekat dan padat
Kusilangkan ia dengan lenguh nafas berat
Dengan tekanan yang menghujam

Dan,
Aku berkata dengan bergetar:
“Enyahlah engkau dari hidupku!”

Selang tak lama,
Aku mulai meragu,
“Apakah silang merah itu sekadar tanda?
Tak punyakah makna?.
Tapi, bukankah aku menginginkannya?”

Otakku menjawab:
“Silang merah itu tidak tegas!
Tidak lurus!”

Bontang, 31 Mei 2007


KEMBARA
(untuk kepak kecil yang tetap ingin melesat lepas)
Abdul Hakim

Akhirnya,
Aku tetap kompromi dengan rasa yang menyulut

Hari kemarin,
Hari ini,
Dan hari esok

Biarlah semua tetap kembara bebas
Biar waktu yang membuat keputusannya sendiri
Sampai suatu saat
Hati akan tertawa menyeringai
Atau lunglai dalam balutan bilur kelam tak termaknai

Bontang, 31 Mei 2007


AKU KANGEN
(untuk kerinduan yang terus mengganggu)
Abdul Hakim

Hari lalu,
Hari ini,
Bahkan, ku yakin hari esok dan seterusnya,
Rindu ini akan tetap biru
Berarak tak putus
Menyiksa
Mendera
Melukaiku

Aku rindu,
Rindu akan hari itu
Tatkala ruang dan waktu tak membatasi

Aku rindu,
Aku rindukanmu!

Bontang, 31 Mei 2007


LUKISMU
(untuk senandung wajah polos nan damai)
Abdul Hakim

Meski tak nyata di sini
Tapi, setiap lekukmu t’lah terlukis sempurna
Senyuman itu,
Tatap lembut itu,
Gelayut manja itu,
Semakin sempurnakan lukisku akanmu
Kini, ia telah terbingkai indah
Di sabana pengharapan
Yang tak juga pupus
Meski terjal tantangan keras menghadang

Bontang, 31 Mei 2007


AKHIRNYA KUDENGAR LAGI
(untuk lembut suara dan manja tawa yang kunanti)
Abdul Hakim

Tentang gelisah dan resah yang kemarin menyesak,
Hari ini terjawab indah
Derai tawamu hapus duka,
Aku tersenyum bahagia
Ada yang merasuk tiba-tiba:
Bahagia

Bontang, 31 Mei 2007


ENGKAU BILANG ESOK PERGI
(ketika ingin tak sampai)
Abdul Hakim

Cerita indah yang esok kau rengkuh
Sisakan lara
T’lah terbayang di mata
Kau berlari kecil
Tertawa bahagia
Saling tatap
…………..
…………….
.
Titik! Dengan tanda seru!

Bontang, 31 Mei-1 Juni 2007


AKHIRNYA KUTULIS SEBUAH KEPUTUSAN
(untuk pengharapan yang absurd)
Abdul Hakim

Hari ini kugores kuat-kuat di sini,
Dalam hati,
Kupatri dalam pikiran,
Bahwa tak ada lagi basa-basi yang harus kuungkap atasmu
Bosan!
Membosankan!
Kucoba beri waktu,
Ku yakin kau akan mengejarku
Saat itulah aku akan mentertawakanmu
Meski itu adalah pengharapanku
Selamat tinggal??
(masih juga tanya yang meragu)

Bontang, 1 Juni 2007


AKHIRNYA KU DIAM
(untuk kebisuanmu)
Abdul Hakim

Kugores kuat-kuat
Ku kan diam
Ku kan bungkam
Sampai kau pun berujar

Bontang, 7 Juni 2007


DAN BENAR, KAU PUN TAK TAHAN
(untuk rindumu)
Abdul Hakim

Dalam gusarku yang meradang
Sesak rindumu menerjang
Kau pun datang
Luapkan emosi yang tertahan
Dan…, aku pun tertawa menang

Bontang, 8 Januari 2008

Tidak ada komentar: