Senin, 07 Januari 2008

Tentang Bulir Bening Nandaku

Oleh A. Hakim

Nanda,
Sore jelang maghrib hari ini
kuajak engkau bercengkerama
Kuajak engkau bercerita
Kebuat engkau tertawa,
terkekeh, dan tergelak di lenganku
pada pembaringan yang dulu kubeli sehari
sebelum engkau dilahirkan ibumu

Nandaku,
Untuk yang kesekian kali
Aku mencoba pamit padamu
karena untuk beberapa lama aku akan pergi tinggalkanmu
Kuberi janji-janji indah agar engkau ikhlas
Agar engkau tak sesenggukan lagi
Agar engkau tak lagi gulirkan tangismu
Tapi, semua tak mampu halau resahmu
Tetap, satu keputusanmu, "Tidak! Papa tidak boleh pergi!"
Suara tangismu semakin meledak
Parau menyesak
Kudiamkan engkau dengan bujukku
Tapi, tangsimu semakin pilu
"Nanti kalau sekolah aku dijemput siapa.....?
Nanti kalau mama marah gimana?" Dan, tangismu belumlah usai
"Aku nggak mau...Aku ikut papa..."
........................................
.................................
........................
Rajukmu pojokkanku
Rangkulmu membuatku gerimis
Pelukku coba berimu ketenangan
Dan, engkau pun terdiam, meski bulir bening itu
masih sembabkan matamu
Ketatap wajahmu dalam-dalam
Ku kan tetap di sini
Ku kan tetap dekapmu
Iringi setiap detik milikmu
Dampingi setiap langkah-langkah kecilmu
agar tak terluka sayap mungilmu

Bontang, 7 Januari 2008

Tidak ada komentar: